Den Haag (ANTARA News) -  Anggota tim perunding perdamaian antara Pemerintah Indonesia dan GAM, Sofyan Djalil, menegaskan pihaknya tidak melakukan pertemuan khusus dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 4-5 Januari 2009 di Helsinki, Finlandia. "Kami hanya mempermantap dan mengevaluasi MoU Helsinki antara Pemerintah Indonesia dan GAM yang disepakati beberapa waktu silam," jelas Sofyan yang juga Menteri Negara BUMN, seusai melakukan tatap muka dengan beberapa warga Indonesia di Den Haag, Belanda, Jumat. Menurut dia, pertemuan tersebut hanya membahas masalah keamanan Aceh, khususnya persiapan dalam menghadapi Pemilu mendatang. "Kami hanya mau melihat sejauh mana pelaksanaan MoU ini dan bagaimana nantinya pelaksanaan Pemilu di sana," kata dia. Diakuinya, pertemuan itu sifatnya untuk mengetahui perkembangan terkini di Aceh atas hasil dari proses perdamaian tersebut. Evaluasi dilakukan secara rutin pasca penandatanganan kesepakatan itu. Sementara itu, Koordinator World Acehnese Asociation WAA), Tarmizi Age, menyambut baik hasil pertemuan tersebut, demi keberlanjutan perdamaian di Aceh, apalagi lanjutnya, beberapa bulan ini akan dilaksanakan Pemilu dimana sejumlah partai lokal Aceh turut berperan aktif di dalamnya. "Keberlanjutan perdamaian Helsinki ini sangat penting sebab dalam waktu dekat, akan diselenggarakan Pemilu dimana sejumlah partai lokal Aceh, yang lahir setelah adanya perjanjian Helsinki 15 Agustus 2005 itu, juga akan turut berperan aktif dalam kegiatan politik tersebut," jelas Tarmizi. Sebab itu, katanya, WAA berharap agar Pemerintah Indonesia dapat memberikan kedamaian dan rasa aman kepada masyarakat Aceh. "Kedamaian dan keamanan itu, tidak tergantung pada jumlah aparat militer yang disiagakan di Aceh, tetapi sampai sejauh mana implementasi MoU Helsinki itu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia," jelas Tarmizi. Menurut rencana,  para delegasi GAM akan bertolak ke Indonesia melalui Amsterdam, Belanda, Jumat.   Belanda merupakan salah satu negara yang penuh dengan kenangan masa lalu bagi masyarakat Aceh, yang hingga saat ini masih menyimpan persoalan di tanah rencong. Awalnya, tim negosiator dari GAM ini, akan mengunjungi ratusan warga Aceh di Denmark dan Norwegia. Mereka telah meninggalkan Indonesia ketika konflik antara GAM dan Pemerintah Indonesia berkecamuk. "Mereka tidak jadi berkunjung ke negara itu karena keterbatasan waktu," jelasnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009