Berlin (ANTARA News) - Konsumen energi terbesar di dunia, AS, diperkirakan akan mempertahankan kebijakan terkait biofuel, sehingga kebutuhan pasokan agrofuel tetap tinggi, demikian juga dengan harga komoditas global, ungkap seorang pakar biofuel di Berlin, Kamis. "Semua kandidat presiden sangat berhati-hati soal ini dan sepertinya mereka semua sepakat tentang mendesaknya `energy security`. Sehingga sepertinya pemerintahan yang baru nanti tetap akan mempertahankan subsidi biofuel mereka," kata Richard Warburton, Head of Agribusiness Team pada Bidwells Consultancy. Selain itu, tambahnya, lobby yang kuat dari pengusaha di kawasan Barat Tengah AS juga sangat kuat sehingga tampaknya sulit berharap adanya perubahan signifikan dari pemimpin baru AS nantinya. "Selain itu, tidak ada keinginan dari mereka untuk memotong anggaran pertanian mereka seperti yang terlihat dari `deadlock` di Kongres AS saat membahas UU Pertanian mereka," kata Richard. Sebelumnya, Deputi Menko Perekonomian bidang Pertanian dan Kehutanan, Bayu Krisnamurti mengharapkan AS dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan krisis pangan dunia. Subsidi pada biofuel industri AS membuat negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu membutuhkan pasokan agrofuel yang besar, seperti CPO dan kacang kedelai yang banyak diimpor dari Indonesia. Meski mendapat keuntungan besar dari "booming"-nya biofuel, namun Indonesia mendapat kendala karena menjadi terbatasnya pasokan untuk memenuhi kebutuhan domestik.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008