Jakarta (ANTARA News) - Pemesanan obligasi negara ritel seri 004 (ORI 004) dalam masa penawaran selama tiga hari berturut-turut telah mencapai Rp6,23 triliun, dan angka tersebut masih akan terus bertambah karena batas akhir pemesanan masih ada lima hari lagi. "Pemesanan ORI mulai dari 25 hingga 28 Februari lalu telah mencapai Rp6,23 triliun. Kita masih memiliki lima hari lagi," kata Dirjen Pengelolaan Utang Negara Depkeu, Rahmat Waluyanto, di Jakarta, Jumat. Rahmat mengatakan peminat ORI 004 cukup tinggi, selain karena bunga yang menarik juga karena resiko yang tidak terlalu tingg, meskipun saat ini tingkat volatilitas pasar sedang bergejolak akibat ketidakpastian pasar yang dipicu dampak subprime mortgage dan harga minyak dunia yang melambung lagi. Menurutnya ORI juga dapat dgunakan sebagai agunan kredit bank. Nantinya, akan bisa juga diagunkan oleh Perum Pegadaian. "Yang lebih penting lagi, ORI tidak mengenal gagal bayar. Karena, dijamin oleh UU bukan pemerintah. "Jadi meskipun pemerintahan berganti, pada saat jatuh tempo, maka pokok dan bunganya akan dibayarkan oleh negara," kata Rahmat. Dia menambahkan dengan bunga yang menarik, sebesar 9,5 persen menjadikan instrumen obligasi negara ini lebih menarik jika dibandingkan dengan bunga deposito. Selain itu, capital gain yang didapat cukup tinggi. "Return yang diberikan cukup tinggi, belum dijual sudah 101 persen," tutur Rahmat. Sementara itu Dirut BEI (Bursa Efek Indonesia) Erry Firmansyah mengatakan, ORI merupakan salah satu instrumen investasi yang dapat diperdagangan di BEI. Saat ini, rata-rata transaksi ORI sudah mencapai Rp 136 miliar. Menurutnya likuiditas pasar (perdagangan) ORI terus meningkat. Dari tahun ke tahun, minat investor untuk berinvestasi sangat tinggi. Karenanya, Erry berharap ORI akan juga ditujukan pada segmen ibu-ibu rumah tangga, sebagai pengganti deposito. Juga, bisa menunjang pertumbuhan nasional.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008