Singapura (ANTARA News) - Kaburnya tersangka pelaku aksi teror Mas Selamat Kastari merupakan pukulan untuk Singapura, namun keamanan di negara satu kota itu akan segera pulih dan menjadi lebih kuat pada akhirnya, demikian diutarakan Menteri Luar Negeri (Menlu) Singapura, George Yeo, yang dikutip media massa edisi Ahad. Sebagai negara yang selama ini memiliki reputasi sebagai salah satu negara terdepan dalam perang melawan terorisme, Yeo mengatakan kepada The Sunday Times, "Perang terhadap terorisme masih panjang. Akan ada kondisi naik turun. Apa yang penting adalah bagaimana kita menikapi kesalahan kita dan memperbaiki posisis ." Walaupun telah memperbantukan pasukan elit dan pemasangan poster berisi wajah pria buron tersangka pelaku teroris usia 47 tahun di setiap tempat-tempat umum, sejumlah besar relawan juga menyatakan kesediaannya ikut serta dalam mencari informasi jejak pria yang pernah dituduh merencanakan membajak pesawat dan menjatuhkannya di bandar udara Changi. Pendapat para ahli dan masyarakat luas terbagi, sebagian berpendapat bahwa Kastari masih berada di Singapura, sementara itu sebagian lagi menilai, pria itu telah melarikan diri dan berada di Indonesia. Kastari berhasil lolos dari tahanan Departemen Keamanan Dalam Negeri Singapura di Whitley Road pada Rabu (27/2) saat meminta izin ke toilet. "Petugas keamanan kami cukup tangguh, dan mereka segera akan kembali pulih kepercayaan dirinya. Malah peristiwa ini akan memotivasi mereka menjadi pribadi yang lebih kuat," kata Yeo. "Akan ada penyelidikan yang sebagian dari hasilnya akan disamapaikan kepada masyarakat umum, kami akan melakukan sebagai semestinya," kata Yeo. Perusahaan telekomunikasi di negeri itu juga menyebar luaskan foto Kastari dalam beberapa versi, dan polisi mengingatkan bahwa mereka akan melacak setiap pembicaraan telepon pribadi di Singapura. Atas permintaan pemerintah Singapura pada pekan lalu, maka Interpol telah menyebarkan semua foto dan data diri Kastari ke 186 badannya yang ada di seluruh negara, serta mengidentifikasi Kastari sebagai ancaman potensial bagi keamanan dan keselamatan masayarakat seluruh dunia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008