Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin pagi, merosot tajam, kembali di atas angka Rp9.100 per dolar AS, menyusul melemahnya bursa regional akibat terimbas bursa Wall Street. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi Rp9.105/9.115 per dolar AS melemah dibanding akhir pekan lalu Rp9.051/9.110 per dolar AS atau turun 54 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan penurunan rupiah hari ini dinilai biasa, akibat keterpurukan bursa regional yang terimbas oleh bursa Wall Street. Bursa Wall Street turun, terutama karena para pelaku pasar asing khawatir dengan pertumbuhan ekonomi AS yang terus melemah hingga menuju ke resesi, katanya. Menurut dia, tekanan terhadap rupiah juga akibat menguatnya harga minyak mentah dunia yang sempat mencapai lebih dari 103 dolar AS per barel (saat ini mencapai 102,92 turun 10 sen dolar AS). Kenaikan harga minyak mentah memicu pelaku lokal dan asing membeli dolar AS, sehingga menekan rupiah terpuruk tajam, ucapnya. Meski demikian, lanjut dia, peluang rupiah untuk menguat lagi masih besar, apabila bank sentral AS (The Fed) kembali menurunkan suku bunganya pada bulan ini. The Fed berencana akan menurunkan suku bunganya sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen, untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS yang makin melambat, katanya. Jadi koreksi harga yang terjadi saat ini, menurut Edwin Sinaga yang juga Dirut PT Finance Corpindo, menahan rupiah tidak terlalu cepat menguat hingga menembus level Rp9.000 per dolar AS. Ini merupakan faktor yang baik bagi pergerakan rupiah. "Kami optimis peluang rupiah untuk menguat masih tinggi, karena ke depan akan muncul isu positif yang akan memicu rupiah kembali naik tajam," katanya. Ia mengatakan, kenaikan dolar AS itu hanya sementara saja, menjelang The Fed akan menurunkan suku bunga Fedfund pada bulan ini. Dolar AS akan kembali tertekan, karena ekonomi AS yang cenderung melemah membuat para pelaku hati-hati untuk memegang dolar AS lebih lama, ucapnya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen melemah menjadi 102,92 dari sebelumnya 103,10 dan euro menjadi 1.5200 dolar AS. Dolar AS melemah terhadap yen, karena pelaku asing sangat khawatir resesi yang akan terjadi di AS, ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008