Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, cenderung stabil, sehubungan para pelaku pasar memfokuskan diri terhadap bank sentral AS (The Fed) yang berencana menurunkan suku bunga Fed fund. Nilai tukar rupiah terhadap dolar stabil pada Rp9.095/9.105 per dolar AS, sebelumnya Rp9.095/9.107. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar hati-hati masuk ke pasar, mereka menunggu pertemuan The Fed yang akan membahas mengenai penurunan suku bunga. Sikap pelaku yang hati-hati untuk bermain di pasar mengakibatkan kegiatan perdagangan agak berkurang, namun transaksi kedua mata uang itu cenderung stabil, katanya. Menurut dia, rupiah seharus bisa menguat mengingat melemahnya dolar AS di pasar regional terhadap sejumlah mata uang Asia lainnya. Namun aktifitas pasar kurang mendukungnya mengakibatkan rupiah sesi ini hanya mampu bertahan, katanya. Rupiah, lanjut dia, juga mendapat dukungan pasar internal dengan membaiknya laju inflasi Februari yang mencapai 0,65 persen (sebelumnya 1,77 persen). Namun inflasi yang berlangsung baru dua bulan itu menimbulkan kekhawatiran, karena dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 6,5 persen tahun ini saat ini sudah mendekati angka 2,5 persen, katanya. Ia mengatakan, rupiah tetap berpeluang untuk menguat, apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya yang diperkirakan sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen dari sebelumnya 3 persen. Besarnya penurunan bunga Fedfund itu akan memicu rupiah bisa menembus angka Rp9.000 per dolar AS, ucapnya. Menurut dia, The Fed menurunkan bunga Fedfund dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung melambat, bahkan menuju ke arah resesi. Utang yang besar, dan krisis gagal bayar kredit sektor perumahan di AS merupakan faktor utama mengakibatkan pertumbuhan ekonomi AS makin melesu, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap euro stabil, setelah pejabat Moneter Euro menyatakan kekhawatiran atas kenaikan euro yang cepat. Dolar AS terhadap euro stabil pada 1,5200 dan dolar AS terhadap yen turun menjadi 103,35. Euro sebelumnya menguat terhadap dolar AS, karena mendapat dukungan dari menteri keuangan Eropa dan ketua bank sentral Eropa, kata Rully Nova. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008