Jakarta (ANTARA News) - Seorang perwira menengah TNI-AL, Letkol Laut T Sondang, tewas dalam kecelakaan pesawat helikopter Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Nepal, Senin (3/3). "Kami telah mendapat konfirmasi dari pejabat setempat," kata Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI-AL, Laksamana Pertama Tni Iskandar Sitompul, menjawab Antara di Jakarta, Selasa. Helikopter PBB yang mengangkut 12 penumpang, termasuk lima warga asing, itu jatuh. Letkol Laut T Sondang salah satu di antara penumpang helikopter. Keberadaan Sondang dalam misi perdamaian PBB di Nepal adalah sebagai peninjau (observer). Kantor Berita Perancis AFP memberitakan pernyataan dari juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal Modraj Dottel bahwa saat ini polisi telah menemukan 10 mayat dari 12 korban yang ada di dalam helikopter itu. PBB telah mengirim tim untuk memeriksa lokasi kecelakaan pesawat yang merupakan daerah terpencil dan berbukit-bukit di timur Kathmandu. Misi PBB di Nepal (UNMIN) telah mengirim tim lewat jalan darat ke lokasi kecelakaan untuk mengkonfirmasi informasi tersebut, kata juru bicara PBB Kieran Dywer. PBB mengatakan helikopter itu kembali dari kunjungan ke perkemahan para mantan gerilya Maois. Belum ada keterangan lanjutan mengenai kewarganegaraan para korban asing. Dottel hanya mengatakan ada tujuh warga Nepal dan lima warga asing di helikopter tersebut. "Pemerintah Nepal sangat bersedih atas jatuhnya korban dan kami akan segera melakukan evakuasi begitu cuaca mengizinkan," kata Dottel kepada AFP dan menambahkan bahwa penyebab kecelakaan belum diketahui. Polisi dari kawasan terpencil Ramechhap, 85 kilometer sebelah timur Kathmandu mengatakan helikopter itu terbakar dan jatuh saat hujan deras dan angin kencang. Tim beranggotakan 12 polisi telah tiba di lokasi tetapi proses evakuasi terhalang oleh cuaca serta lokasi yang berbukit-bukit, kata Pushpa Shrestha, seorang polisi Ramechhap. Helikopter itu terbakar sekitar tiga jam sebelum penduduk setempat dan polisi menyiram nyala api, kata polisi. "Malam yang datang, kondisi cuaca, dan situasi tanah menimbulkan kesulitan dalam proses evakuasi," kata Dottel. PBB selama ini membantu memantau kesepakatan perdamaian yang dicapai para mantan pemberontak Maois dengan pemerintah pada November 2006. Badan dunia tersebut tetap mengawasi para mantan gerilyawan itu dan turut membantu dalam pemungutan suara yang direncanakan berlangsung pada bulan April untuk memilih lembaga yang akan menentukan hari depan politik negara tersebut. Wilayah Nepal bergunung-gunung dan jalan kurang tersedia sehingga helikopter biasa digunakan untuk transportasi pejabat pemerintah maupun para pekerja untuk pembangunan. Pada akhir 2006, 24 orang - termasuk pejabat tinggi pemerintah dan diplomat senior - tewas dalam kecelakaan helikopter akibat cuaca buruk di timur Nepal. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008