(sambungan dari hal I) Biaya Karyawan Biaya karyawan, yang meliputi gaji, upah, tunjangan akhir tahun dan tunjangan karyawan, naik sekitar 9% menjadi Rp484 miliar dan merupakan 9% dari total biaya produksi Antam. Tipisnya peningkatan biaya karyawan di tahun 2007 tersebut dikarenakan Antam menurunkan jumlah karyawan tetapnya menjadi 2,716 orang di 2007 dari 2,749 orang di tahun 2006. Tunjangan pensiun dan beberapa tunjangan paskakerja lainnya juga mengalami penurunan. Di samping itu, Antam telah beberapa kali meningkatkan tingkat gaji karyawan secara cukup tajam di masa yang lalu. Komponen terbesar dari biaya karyawan adalah tunjangan kesehatan untuk pensiunan yang merupakan 21% dari keseluruhan biaya karyawan, diikuti dengan tunjangan akhir tahun dan tunjangan unit kerja yang masing-masing merupakan 20% dan 10% dari total biaya karyawan. Penyusutan Penyusutan adalah biaya produksi terbesar kelima dan merupakan 9% dari keseluruhan biaya produksi Antam. Sejalan dengan dimulainya masa operasi komersial FeNi III di awal tahun 2007, biaya penyusutan pun meningkat sebesar 7% menjadi Rp455 miliar. Penyusutan dari pabrik smelter feronikel Antam di Pomalaa merupakan 78% dari total biaya penyusutan Antam. Penyusutan dari fasilitas produksi emas di Pongkor adalah yang biaya penyusutan yang kedua terbesar dan merupak an 21% dari keseluruhan biaya penyusutan Antam di tahun 2007. Jasa Toll Smelting Biaya produksi lain yang juga signifikan adalah jasa toll smelting (maklon) yang merupakan 6% dari total biaya produksi Antam. Jasa toll smelting naik 1.624% menjadi Rp319 miliar di tahun 2007. Kenaikan tajam ini disebabkan pada tahun 2007 Antam menggunakan jasa toll smelting dari pihak ketiga untuk memproduksi feronikel sebesar 1.408 ton nikel dalam feronikel sedangkan di tahun 2006 Antam hanya melakukan hal tersebut untuk 206 ton nikel dalam feronikel. Tingginya jumlah feronikel yang diproduksi secara toll smelting oleh pihak ketiga tersebut untuk mengkompensasi tingkat produksi internal Antam yang lebih rendah dari target semula sehubungan dengan kebocoran di FeNi III yang terjadi di bulan Juni 2007. FeNi III telah beroperasi kembali dengan selesainya perbaikan parsial pada tanggal 26 Agustus 2007 walaupun dengan tingkat power load yang lebih rendah. Laba Kotor Walaupun harga pokok penjualan meningkat, laba kotor Antam mengalami kenaikan sebesar 163% menjadi Rp7,213 triliun berhubung tingkat pertumbuhan pendapatan Antam melebihi tingkat kenaikan harga pokok penjualan. Dengan demikian, marjin kotor Antam meningkat sebesar 23% menjadi 60% di tahun 2007 dari 49% di tahun 2006. Beban dan Laba Operasi Beban operasi Antam naik 24% menjadi Rp417 miliar terutama dikarenakan kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 18% menjadi Rp348 miliar. Komponen beban umum dan administrasi yang terbesar adalah gaji yang meningkat sebesar 23% menjadi Rp209 miliar dan merupakan 60% dari keseluruhan beban umum dan administrasi. Beban lain-lain, yang merupakan komponen kedua terbesar dari beban umum dan operasi, naik tipis sebesar 0,8% menjadi Rp41 miliar di tahun 2007. Selain oleh kenaikan beban umum dan administrasi, kenaikan beban usaha Antam juga disebabkan oleh kenaikan beban eksplorasi sebesar 90% menjadi Rp61 miliar walaupun ada penurunan beban penjualan dan pemasaran kantor perwakilan Tokyo sebesar 24% menjadi Rp8,63 miliar. Laba operasi Antam naik sekitar 183% menjadi Rp6,796 triliun di mana hal ini menyebabkan marjin operasi Antam meningkat tajam menjadi 57% di tahun 2007 dari sekitar 43% di tahun 2006. Pendapatan Lain-lain dan Pendapatan Bersih Di tahun 2007, Antam membukukan pendapatan lain-lain sebesar Rp506 miliar sedangkan di tahun 2006 Antam membukukan beban lain-lain sebesar Rp184 miliar. Hal ini disebabkan Antam menghasilkan pendapatan bunga yang lebih tinggi, pendapatan dividen yang lebih tinggi, beban bunga yang lebih rendah dan laba selisih kurs. Antam juga mendapatkan pendapatan denda dan klaim asuransi. Antam menghasilkan pendapatan bunga sebesar Rp126 miliar, peningkatan sebesar 301% dibanding tahun 2006 sejalan dengan meningkatnya posisi kas Antam sebesar 317% menjadi Rp4,744 miliar serta lebih tingginya tingkat bunga rata-rata. Pendapatan dividen Antam naik 117% menjadi Rp140 miliar dikarenakan kenaikan laba PT Nusa Halmahera Minerals (NHM), suatu perusahaan patungan antara Antam dengan Newcrest Ltd. Sejalan dengan lebih tingginya posisi kas Antam dalam matauang Dollar, pelunasan obligasi Dollar Antam serta melemahnya nilai Rupiah, Antam membukukan laba selisih kurs sebesar Rp181 miliar dibandingkan dengan rugi selisih kurs sebesar Rp58 miliar di tahun 2006 dan penurunan beban bunga sebesar 48% menjadi Rp74 miliar. Antam juga membukukan keuntungan kontrak transaksi lindung nilai sebesar Rp15 miliar di tahun 2007 dibanding kerugian transaksi lindung nilai sebesar Biaya Tunai dan Program Penghematan Biaya Biaya tunai seluruh produk-produk Antam mengalami peningkatan karena lebih tingginya biaya-biaya bahan, tenaga kerja serta transportasi. Hal yang serupa juga dialami oleh sebagian besar produsen-produsen merupakan produsen komoditas pertambangan yang berbiaya rendah kecuali untuk produk feronikel. Antam menyadari bahwa untuk menurunkan biaya tunai feronikel, Antam harus segera mengkonversi sumber energinya ke sumber energi yang lebih murah seperti tenaga hydro, batu-bara atau Rp95 miliar di tahun 2006.

Marjin Laba

20062007Perubahan (%)
Marjin Laba Kotor(%)496023
Marjin Laba Usaha(%)435733
Marjin Laba Bersih(%)284354
Antam menerima pendapatan penalti untuk keterlambatan serah-terima FeNi III dari Mitsui & Co, Ltd dan Kawasaki Heavy Industries, Ltd. sebesar Rp78 miliar. Antam juga menerima klaim asuransi sebesar Rp8 miliar sehubungan dengan kerusakan FeNi II di tahun 2005. Pada tahun 2007, Antam menghasilkan laba bersih komoditas tambang lainnya. Biaya tunai limonit dan bauksit mengalami kenaikan sebesar sekitar 30% menjadi masing-masing US$11,26/wmt dan US$13,44/wmt dikarenakan oleh turunnya tingkat produksi di tahun 2007 yang menyebabkan naiknya biaya per unit, serta adanya peningkatan biaya penambangan bijih. Biaya tunai saprolit meningkat tipis menjadi US$20,32/wmt. Biaya tunai emas naik tajam 35% gas alam. Di tahun 2007, Antam menandatangani perjanjian pembelian listrik dengan PT Tamboli Energy (Tamboli) untuk mendapatkan pasokan listrik dengan maksimum kapasitas (peak load capacity) sebesar 15MW untuk pabrik smelter feronikel Antam di Pomalaa (sekitar 15% dari kebutuhan energi feronikel Antam bila berproduksi pada kapasitas penuh) dari sebesar Rp5,132 triliun (US$562 juta), suatu peningkatan tajam sebesar 230% dibandingkan dengan laba bersih di tahun 2006. Oleh karena itu marjin bersih Antam juga meningkat tajam menjadi 43% di tahun 2007 dibandingkan 28% di tahun 2006.
Biaya TunaiUnit20062007Perubahan (%)
FeronikelUS$/lb4.405.5526.1
SaprolitUS$/wmt20.1520.320.8
LimonitUS$/wmt8.6711.2629.9
Emas US$t.oz283.93383.1034.9
BauksitUS$/wmt10.3213.4430.2
sejalan dengan naiknya harga bahan bakar. Biaya tunai feronikel naik sekitar 26% menjadi US$5,5 5/lb disebabkan naiknya harga bijih nikel dari Inco dan juga naiknya harga bahan bakar. Walaupun Antam mengalami kenaikan biaya tunai untuk seluruh produkproduknya, Antam tetap pembangkit listrik tenaga air (PLTA) run-of-river Tamboli. Pada masa berlakunya pembelian listrik tenaga air di tahun 2009 tersebut, diharapkan Antam akan dapat menurunkan biaya energy untuk feronikel hingga 8-10% yang akan menghasilkan penghematan hingga 3-4% biaya tunai feronikel Antam. Untuk 85% kebutuhan energi feronikel Antam yang masih belum dikonversi, Antam masih melakukan pengkajian atas berbagai alternatif untuk menurunkan biaya bahan bakar feronikel. Diharapkan Antam akan mengambil keputusan di tahun 2008 mengenai alternatif sumber energi yang akan diterapkan. Neraca Konsolidasi Total Aktiva Konsolidasi Pada tahun 2007, total aktiva konsolidasi Antam tercatat meningkat dengan signifikan sebesar 65% menjadi Rp12,038 triliun yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan aktiva lancar seiring dengan peningkatan pada penerimaan kas. Tidak signifikannya kontribusi aktiva tidak lancar Antam pada peningkatan total aktiva karena perolehan aktiva tetap baru yang tidak signifikan dan naiknya biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan serta aktiva pajak tangguhan yang terkompensasi oleh turunnya aktiva tetap seiring dengan penyusutan. Aktiva Lancar Aktiva lancar Antam meningkat 143% menjadi Rp8,048 triliun seiring dengan pertumbuhan kas dan setara kas sebesar 317% menjadi Rp4,744 triliun atau berkontribusi 59% dari total aktiva lancar. Peningkatan aktiva lancar sebesar Rp4,730 triliun dipicu sebagian besar oleh peningkatan kas yang mencapai Rp3,606 triliun atau hampir mencapai 76% dari peningkatan aktiva lancar. Selain itu naiknya aktiva lancar juga disebabkan oleh peningkatan piutang usaha dan persediaan. Pada akhir tahun 2007, kurs Rupiah meningkat 4% menjadi Rp9.419 sehingga terdapat peningkatan pengaruh perubahan kurs mata uang asing pada kas dan setara kas sebesar Rp146 miliar. Pada tahun 2006, pergerakan kurs menimbulkan pengaruh sebaliknya. Dengan posisi kas yang kuat, Antam siap mengkaji berbagai kesempatan investasi untuk bertumbuh. Pada akhir tahun 2007, Antam menempatkan Rp4,384 triliun untuk deposito berjangka pada beberapa bank domestik dan asing di mana 93% dari jumlah tersebut berdenominasi US Dollar dan 7% sisanya berdenominasi Rupiah. Rentang bunga yang dikenakan dalam US Dollar sebesar 3,75% - 11,75% seiring dengan kondisi suku bunga US Dollar yang meningkat dibandingkan tahun 2006 namun menurun pada akhir tahun. Kondisi yang sama juga terjadi untuk suku bunga Rupiah sehingga bunga Rupiah yang dikenakan pada rentang 3,25% - 11,50%. Piutang usaha juga berkontribusi pada peningkatan aktiva lancar dengan adanya peningkatan 86% menjadi Rp1,680 triliun karena peningkatan piutang usaha dari pelanggan Antam seperti Avarus AG (agen feronikel di Eropa), Pohang Iron & Steel Co (feronikel), Raznoimport Nickel (UK) Limited (bijih nikel) dan Mitsui & Co (feronikel). Pada posisi piutang usaha, Antam juga memiliki beberapa pelanggan baru seperti Zhejiang Grand IMP dan Sino Add (Singapore) PTE Ltd. Antam meyakini bahwa nilai penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha. Posisi persediaan Antam tercatat meningkat 39% menjadi Rp1,319 triliun seiring dengan peningkatan persediaan produk, yang dicatat dengan nilai terendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih, sebesar 64%. Peningkatan yang signifikan pada persediaan feronikel sebesar 85% menjadi Rp457 miliar seiring dengan biaya produksi feronikel yang turut meningkat. Antam juga mencatat peningkatan persediaan perak dan emas yang mencapai 95% dibandingkan tahun 2006 seiring dengan peningkatan aktivitas perdagangan (trading) emas dari pihak ketiga, termasuk dari pelanggan retil. Persediaan emas dan perak telah diasuransikan terhadap risiko ke rugian akibat kerusakan fisik dan pencurian. Aktiva Tidak Lancar Aktiva tidak lancar Antam tercatat mengalami peningkatan yang tidak signifikan dari Rp3,975 triliun menjadi Rp3,990 triliun seiring dengan peningkatan pada biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan serta aktiva pajak tangguhan yang terkompensasi oleh penurunan pada aktiva tetap karena peningkatan akumulasi penyusutan bersih. Aktiva tetap perusahaan tidak mengalami penambahan yang signifikan seiring dengan telah selesainya pengeluaran yang signifikan untuk proyek ekspansi paling akhir yakni FeNi III dan Antam telah melakukan operasi komersial pada awal tahun 2007. Antam meningkatkan Investasi dalam saham sebesar 51% menjadi Rp55,8 miliar yang terdiri dari PT Indonesia Chemical Alumina (proyek Chemical Grade Alumina Tayan) sebesar Rp13,5 miliar, PT Nusa Halmahera Minerals (bermitra dengan Newcrest) sebesar Rp35,7 miliar, PT Cibaliung Sumberdaya (bermitra dengan Austindo) sebesar Rp5,8 miliar dan untuk tahun 2007, Antam melakukan pembelian saham PT Mega Citra Utama sebesar 5% dengan nilai Rp836 juta. Selain itu Antam melakukan konsolidasi untuk pembelian saham PT Borneo Edo International yang memiliki Kuasa Pertambangan eksplorasi bauksit di Kalimantan Barat sebesar 60% pada bulan September 2007. Antam mencatat peningkatan 30% pada biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan menjadi Rp48 7 miliar, peningkatan 86% pada aktiva pajak tangguhan menjadi Rp309 miliar dan peningkatan 227% pada aktiva tidak lancar lainnya menjadi Rp85 miliar. Total Kewajiban Konsolidasi Antam membukukan kenaikan total kewajiban konsolidasi sebesar 9% menjadi Rp3,273 triliun seiring dengan peningkatan kewajiban lancar yang mencapai 52% menjadi Rp1,799 triliun atau berkontribusi 55% dari total kewajiban konsolidasi. Seiring dengan penurunan posisi pinjaman, terdapat penurunan kewajiban tidak lancar menjadi Rp1,474 triliun atau turun 19% jika dibandingkan tahun 2006. Kewajiban Lancar Kewajiban lancar Antam mengalami peningkatan menjadi Rp1,799 triliun seiring dengan adanya peningkatan hutang pajak yang meningkat 134% menjadi Rp988 miliar serta peningkatan biaya yang masih harus dibayar sebesar 36% menjadi Rp452 miliar. Peningkatan hutang pajak disebabkan oleh peningkatan penghasilan kena pajak, sementara peningkatan biaya yang harus dibayar seiring dengan adanya peningkatan pada pembelian bahan baku menjadi Rp141 miliar dan jasa penambangan serta pengangkutan. menjadi Rp131 miliar. Hutang usaha Antam mengalami penurunan 38% menjadi Rp80 miliar lebih banyak disebabkan oleh nihilnya hutang usaha pembelian bijih nikel kepada PT International Nickel Indonesia, Tbk. 76% dari hutang usaha berdenominasi Rupiah dan 70% dari total hutang usaha akan jatuh tempo kurang dari 30 hari. Total jumlah pinjaman investasi jangka pendek mengalami penurunan 17% menjadi Rp220 miliar yang terdiri dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sebesar Rp126 miliar dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Mandiri) sebesar Rp94 miliar. Pada tanggal 21 Desember 2006, Antam melakukan penarikan pinjaman dari BCA sebesar US$71 juta dan dari Mandiri sebesar US$50 juta dalam rangka membantu pendanaan pembayaran kembali outstanding obligasi US Dollar yang diterbitkan pada tahun 2003. Kedua fasilitas pinjaman tersebut berjangka waktu lima tahun yang dimulai dari bulan Juni 2007 sampai dengan bulan Desember 2011. Setiap fasilitas pinjaman memiliki suku bunga SIBOR 3 bulan ditambah 1,5%. Pada bulan Februari 2007, Antam melakukan perjanjian interest rate swap untuk pinjaman Mandiri dengan counterpart Barclay Capital dengan suku bunga tetap 6,75% dan dengan counterpart BCA untuk pinjaman BCA dengan suku bunga tetap 6,61%. Tingkat rata-rata suku bunga pada tahun 2007 mencapai 6,83%. Kewajiban Tidak Lancar Pada tahun 2007, Antam mencatat penurunan posisi kewajiban tidak lancar sebesar 19% menjadi Rp1,474 triliun. Posisi pinjaman investasi jangka panjang mengalami penurunan 35% menjadi Rp700 miliar sementara total pinjaman mengalami penurunan 31% menjadi Rp920 miliar. Akun signifikan lainnya pada kewajiban tidak lancar adalah kewajiban pensiun dan imbalan paska-kerja lainnya yang mengalami penurunan untuk pertama kalinya menjadi 6% menjadi Rp644 miliar seiring dengan adanya penurunan pada imbalan kesehatan paska-kerja, imbalan paska-kerja lainnya dan imbalan pensiun. Total Ekuitas Konsolidasi Antam mencatat kenaikan pada ekuitas konsolidasi sebesar 105% menjadi Rp8,764 triliun seiring dengan peningkatan laba ditahan sebesar 136% menjadi Rp7,785 triliun. Dari jumlah laba ditahan, Antam telah mencadangkan Rp2,653 triliun. Kenaikan laba ditahan disebabkan oleh peningkatan laba signifikan yang disebabkan oleh peningkatan produksi dan harga komoditas yang baik. Arus Kas Seiring dengan peningkatan produksi dan volume penjualan serta harga komoditas yang menguat, arus kas dari aktivitas operasi Antam tercatat meningkat dan mencapai posisi tertinggi. Volume penjualan nikel dalam feronikel meningkat 31% sejalan dengan telah dilakukannya operasi komersial pabrik FeNi III, kemudian adanya peningkatan volume penjualan bijih nikel sebesar 60% seiring dengan menguatnya permintaan dari China dan serta akhirnya terdapat peningkatan penjualan emas sebesar 50% karena stabilnya produksi dan meningkatnya aktivitas perdagangan (trading). Harga penjualan untuk seluruh komoditas Antam meningkat seiring dengan adanya meningkatnya permintaan dari China serta tidak adanya peningkatan yang signifikan pada sisi pasokan komoditas dunia. Harga penjualan untuk nikel dalam feronikel meningkat 56%, bijih nikel saprolit meningkat 49% dan emas meningkat 15%. Dengan belanja modal sebesar Rp197 miliar, Antam memiliki posisi arus kas yang positif seperti tahun 2006 serta posisi kas yang bertumbuh seiring dengan penyelesaian tahap pertumbuhan paling akhir. Arus kas bebas Antam pada tahun 2007 tercatat meningkat dengan signifikan menjadi Rp4,639 triliun. Pada tahun 2005 Antam memiliki arus kas bebas negatif sebesar Rp569 miliar dan arus kas negatif tersebut terjadi sejak tahun 2003 karena adanya pengeluaran untuk meningkatkan kapasitas produksi feronikel menjadi lebih dari dua kali lipat. Dengan adanya peningkatan kas sebesar 317% menjadi Rp4,744 triliun, Antam siap untuk mengkaji berbagai kesempatan dalam rangka meningkatkan nilai bagi pemegang saham, seperti akuisisi, investasi untuk peningkatan serta peremajaan operasi, pembagian dividen dan penurunan pinjaman lebih lanjut. Arus Kas dari Aktivitas Operasi Pada tahun 2007, kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi meningkat Rp3,990 triliun atau sebesar 182% menjadi Rp6,183 triliun seiring dengan peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar 116% dari Rp6,038 triliun menjadi Rp11,229 triliun. Pembayaran kepada pemasok meningkat Rp1,845 triliun atau 76% menjadi Rp4,277 triliun dan pembayaran kepada komisaris, di rektur dan karyawa n meningkat 48% menjadi Rp793 miliar. Naiknya penerimaan dari pelanggan yang lebih besar dari peningkatan pada pembayaran kepada pemasok dan pembayaran kepada komisaris, direktur dan karyawan menyebabkan posisi kas bersih yang diterima dari aktivitas operasi mengalami pertumbuhan. Walaupun adanya pendapatan bunga yang meningkat dan penurunan pembayaran bunga yang disebabkan posisi kas yang besar dan tingkat suku bunga US dollar lebih tinggi, peningkatan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi tidak setinggi peningkatan kas bersih yang diterima dari aktivitas operasi seiring dengan adanya pembayaran pajak yang signifikan. Arus kas untuk penerimaan bunga meningkat 306% menjadi Rp126 miliar sementara pembayaran bunga terkait dengan pembayaran kembali pinjaman mengalami penurunan 62% menjadi Rp78 miliar. Pembayaran pajak Antam tercatat meningkat Rp1,095 triliun atau 191% menjadi Rp1,669 triliun seiring dengan pembayaran pajak untuk penghasilan kena pajak yang lebih besar. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi tercatat mengalami peningkatan 37% menjadi Rp 262 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan peningkatan pada perolehan aktiva tetap,dan juga biaya eksplorasi dan pengembangan. Pada tahun 2007, Antam membelanjakan Rp197 miliar atau adanya peningkatan 129% sebesar Rp111 miliar, pada perolehan aktiva tetap. Antam meningkatkan investasi pada ekplorasi dan pengembangan sebesar 63% menjadi Rp195 miliar. Kenaikan tersebut tidak terkompensasi oleh peningkatan penerimaan dividen Antam yang berasal dari PT Nusa Halmahera Minerals, perusahaan patungan untuk komoditas emas dengan kepemilikan 17,5% dan sisanya oleh Newcrest Ltd, sebesar 2.114% menjadi Rp155 miliar. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Pada tahun 2007, Antam membukukan penurunan pembayaran hutang jangka panjang sebesar 74% menjadi Rp462 miliar. Total pinjaman jangka panjang mengalami penurunan 35% menjadi Rp700 miliar. Seiring dengan pembayaran dividen yang lebih besar, arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan meningkat 16% menjadi Rp1,114 triliun. Bersamaan dengan peningkatan laba bersih pada tahun 2006, pembayaran dividen mengalami peningkatan 117% menjadi Rp621 miliar. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Bimo Budi Satriyo (Sekretaris Perusahaan) Tel : (6221) 780 5119 Fax : (6221) 781 2822 Email : corsec@antam.com Website : www.antam.com

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2008