Jakarta (ANTARA News) - Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo mengatakan instrumen moneter Sertifikat Bank Indonesia (SBI) idealnya tidak boleh dijual ke pihak asing karena tujuannya hanya untuk pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT). Pernyataan itu dikemukakan Agus saat menyampaikan paparannya dalam uji kelayakan dan kepatutan calon Gubernur Bank Indonesia di Komisi XI DPR RI Jakarta, Selasa. "Idealnya asing tidak masuk ke SBI. Itu bisa dialihkan dengan pengembangan produk keuangan seperti SPN (Surat Perbendaharaan Negara), SUN (Surat Utang Negara) sehingga menjadi alternatif bagi dana asing untuk membelinya, dengan demikian justru dana-dana asing tersebut dapat digunakan untuk pembiayaan defisit APBN," kata Agus. Jika dana asing itu masuk di SBI maka dana itu hanya mengendap dan membebani biaya moneter Bank Indonesia, sambungnya. Menurut data Bank Indonesia, total nilai SBI hingga 6 Maret sebesar Rp284,78 triliun, dengan porsi kepemilikan asing sebesar Rp50,085 triliun. Agus juga menilai bahwa koordinasi peran lembaga-lembaga keuangan non bank seperti, asuransi, dana pensiun, dan pengelola reksadana perlu ditingkatkan terutama untuk membeli SUN sehingga tidak terjadi penumpukan SUN dalam neraca perbankan yang bisa mengganggu fungsi intermediasi. Mengenai upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Agus mengatakan perlu konsolidasi dan koordinasi dalam mengelola permintaan valuta asing oleh swasta atau BUMN. Agus dalam kesempatan itu juga menyampaikan, empat pilar kebijakan yang perlu dilakukan sebagai rencana strategis mewujudkan visi Bank Indonesia menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional dan internasional. Empat pilar tersebut yaitu melanjutkan penguatan institusi dan budaya kerja, mengelola kebijakan moneter secara cermat, meningkatkan pengawasan perbankan yang fokus pada peningkatan fungsi intermediasi dengan tetap menjunjung prinsip kehati-hatian, serta mengembangkan sistem pembayaran yang efisien. Visi itu menurut Agus, perlu dipertajam agar BI menjadi institusi yang dipercaya dan akuntabel, menjadi bank sentral yang disegani di dunia dan fokus pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil demi terwujudnya pembangunan ekonomi Indonesia yang berkesinambungan. Mengenai pengelolaan moneter, Agus menilai, manajemen tingkat suku bunga yang dilakukan BI saat ini sudah tepat karena memungkinkan pelaku pasar membantu dan memahami kebijakan moneter yang lebih transparan. (*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008