Bandung (ANTARA News) - Angin puting beliung menerjang Gedung Dwi Warna (dulu Indische Pensioenfonds) di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, sehingga mengakibatkan sebagian atap sayap kanan gedung bersejarah itu jebol dan ambruk, Rabu. Peristiwa yang merusak gedung yang dipakai Kantor Wilayah XII Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembendaharaan Bandung itu terjadi sekira pukul 14.15 WIB. "Angin bertiup kencang dari arah timur dan berputar di sekitar gedung, beberapa saat kemudian bagian atap jebol dan ambruk," kata Karyawan Kantor Pembendaharaan Bandung, Muhardi. Atap gedung yang terdiri atas sirap berbahan kayu ulin, rangka besi dan kayu jati itu ambruk menimpa ke atap lantai II, yang sebagian berhamburan tertiup angin. Atap gedung berwarna hitam yang jebol itu berukuran sekira 8x10 meter, termasuk bagian atap menara di tengah-tengahnya. Saat kejadian, para karyawan Kanwil XI Ditjen Pembendaharaan Bandung itu tengah bekerja di lantai bawah maupun di lantai dua. Mereka berhamburan keluar dari ruang kerja begitu mendengar suara gemuruh dan gemeretak di bagian atap kantor mereka. Namun, ambruknya bagian atap gedung yang diganti nama menjadi Dwi Warna menjelang Konferensi KAA 1955 tersebut, tidak mengakibatkan kerusakan pada bagian ruang kerja. "Semua terkejut, dan setelah angin reda mereka pada keluar ruangan untuk melihat yang sebenarnya terjadi," kata Muhardi. Sementara itu, seorang saksi mata, Rita (45), mengatakan bahwa angin berhembus dari arah timur cukup kencang dan berputar di sekitar Gedung Dwi Warna, beberapa saat kemudian sebagian atapnya jebol dan ambruk ke bagian dalam. "Ngeri juga melihatnya, pasalnya gedung itu kan terlihat kokoh dan kuat. Masya Allah kok jebol juga," kata Rita. Selain menghantam Gedung Dwi Warna, angin ribut juga terjadi di beberapa titik di pusat Kota Bandung, sehingga mengakibatkan ranting-ranting pohon berjatuhan ke jalan raya. Dalam lima hari terakhir ini kawasan Bandung Raya diguyur hujan deras. Di beberapa daerah dibarengi dengan angin ribut. Kepala Pusat Badan Meteorologi dan Geofisika, Hendri Subakti, mengatakan bahwa fenomena angin puting beliung dan petir berpotensi terjadi pada Maret dan April 2008. "Bulan Maret dan April masuk masa transisi dari musim penghujan ke musim kemarau. Puting beliung dan petir harus diwaspadai," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008