Dakar (ANTARA News) - Presiden Sudan Omar Hassan al-Beshir, Rabu, tidak muncul pada pembukaan konferensi tingkat tinggi (KTT) perdamaian dengan Presiden Chad, Idris Deby, dan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, kata seorang koresponden AFP. Senegal menyelenggarakan pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin yang bertikai itu dengan harapan, mereka bisa segera menandatangani satu pakta non-agresi guna mengakhiri ketegangan bertahun-tahun yang menyeret negara-negara tetangganya ke dekat perang. Sebelumnya kantor berita Reuter melaporkan, bahwa Presiden Sudan Omar Hassan akan menghadiri pertemuan tersebut, dan dijadwalkan akan menandatangani persetujuan perdamaian dengan Presiden Chad Idris pada hari Kamis, setelah Rabu dia gagal hadir dan menjelaskan kepada para mediatornya bahwa dia sakit kepala. Para penengah pertemuan itu mengharapkan suatu perjanjian non-agresi akan mengakhiri permusuhan yang berlangsung bertahun-tahun antara Sudan dan Chad, sehingga acapkali kedua negara penghasil minyak itu nyaris menyeret negara-negara tetangganya ke dalam perang habis-habisan. Presiden Senegal Abdoulaye Wade, Sekjen PBB Ban Ki-moon dan sejumlah diplomat dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menunggu kehadiran Bashir hampir tiga jam, Rabu. "Dia menghubungi saya, dan dia mengatakan baru saja melakukan perlawatan, bahwa dia berada di Dubai sehari sebelumnya dan menjelaskan bahwa dia sakit kepala," kata Wade di tangga istananya di Dakar bersama rekan penengahnya, Presiden Omar Bongo dari Gabon. "Dia minta saya mengundurkan pertemuan itu sampai Kamis pagi," kata Wade. Ia menambahkan bahwa pertemuan itu diselenggarakan setelah upacara pembukaan KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI) di ibukota Senegal. Ketidakhadiran presiden Sudan menimbulkan kekhawatiran di kalangan peserta, apakah pakta jadi ditandatangani. Wade, yang diminta bertindak sebagai penengah pada konflik beberapa negara Afrika ini, telah menyusun persetujuan yang akan ditandatangani oleh Deby dan Bashir dengan harapan, pakta tersebut bisa membantu mengakhiri konflik bertahun-tahun yang melibatkan kedua negara di perbatasan bersama mereka, termasuk daerah Darfur. (*)

Copyright © ANTARA 2008