Jakarta (ANTARA News) - Dekan Institut Managemen Asia (AIM), Prof. Gracia s. Ugut. berpendapat, kondisi perekonomian AS yang di ambang krisis saat ini menunjukkan bahwa negara itu tidak lagi menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dunia. "Motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia telah bergeser dari AS ke kawasan Asia," ujarnya, dalam Forum Strategi Eksekutif bertemakan "Kepemimpinan dan Manajemen di Era Ketidapastian" yang diselenggarakan Perum ANTARA bersama AIM di Jakarta, Kamis. Ia menyarankan, untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang terjadi saat ini, negara-negara berkembang seperti Indonesia agar memperkuat peran BUMN sebagai mesin untuk memacu pertumbuhan ekonominya. "Para pimpinan BUMN harus fokus pada bidang usahanya masing-masing, sehingga dapat memimpin BUMN lebih baik, " katanya. Di era interaksi kegiatan ekonomi tanpa batas (borderless), lanjut Gracia, selayaknya setiap usaha tidak membatasi diri hanya pada pasar lokal, tetapi juga ikut berkiprah pada lingkup pasar regional dan juga, masuk ke pasar global. Ia memberikan contoh, sebanyak 80 persen pangsa pasar ekspor produk elektronika Filipina adalah ke AS, sisa-nya baru ke negara-negara lain. "Ketergantungan hanya pada satu produk atau satu negara tujuan ekspor sudah tidak zamannya lagi," katanya. Ia juga menyarankan agar ASEAN meniru integrasi sistem ekonomi seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa, meski ia mengakui, lebarnya perbedaan sistem dan kemajuan ekonomi di masing-masing negara ASEAN mempersulit upaya untuk mengintegrasikan berbagai inisiatif menuju kesana. Sebagai contoh, ia menyebutkan misalnya inisiatif untuk menurunkan bea masuk juga sering berbenturan, karena masing-masing-masing negara berupaya memproteksi kegiatan industrinya. Mengenai kemajuan China, menurut dia, bisa terwujud karena negara yang penduduknya lebih satu milyar itu memiliki 'human capital' berkualitas yang didukung dengan kemampuan teknologi. Menjawab pertanyaan, Prof. Gracia berpendapat bahwa di masa mendatang bisnis kantor berita seperti yang dilakukan oleh ANTARA akan tetap `exist`, tentu saja jika tanggap terhadap situasi dan selera pasar yang sudah berubah. Menurut dia, kantor berita tidak bisa lagi menjadi alat propaganda pemerintah, tetapi harus menyediakan layanan informasi, misalnya mengenai peluang pasar atau informasi pasar modal yang diperlukan masyrakat. Selain beragam, lanjutnya, pasar layanan informasi juga tersegmentasi, sehingga harus dilakukan pula produk-produk layanan khusus atau yang "customized". Kikis inefisiensi dan tanam nilai baru Sementara itu, Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil Ph.D dalam sambutan tertulisnya mengatakan, pimpinan perusahaan harus bisa melakukan perubahan terhadap usaha yang dipimpinnya guna menjawab tantangan perubahan ekonomi, perkembangan teknologi dan permintaan pasar. "Bagi para pemimpin, ketidakpastian akan memaksa mereka mengikis lemak-lemak (inefisiensi-red) dan menanamkan nilai-nilai baru yang pas bagi realitas bisnis yang telah berubah, " kata menteri dalam sambutan yang dibacakan oleh staf ahli kemeneterian BUMN, Loso Judianto. "Hanya pemimpin yang mampu melakukan perubahan akan mendorong organisasi meraih perbaikan yang lebih berarti," katanya dalam sambutan yang dibacakan Staf Ahli Kementerian BUMN, Loso Judijanto. Mengenai pemilihan pimpinan di BUMN-BUMN, Sofyan Djalil mengemukakan bahwa ia selalu mengevaluasi "track record" mereka, khususnya di `masa-masa sulit` (turbulent times) atau saat menghadapi krisis internal maupun krisis eketernal. "Hanya pemimpin terbaiklah yang akan mampu membawa organisasi keluar dari krisis. Kalau tidak mampu, berarti mereka adalah pemimpin kelas dua, " kata menteri. Sofyan Djalil menilai, setiap pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu memperkirakan kemungkinan terburuk dan menyiapkan kiat-kiat untuk mengatasinya. "Walaupun sadar, krisis akan datang dan kemungkinan bencana akan terjadi melalui model-model skenario perencanaan yag dibantu komputer, seorang pemimpin yang tidak menyiapkan rencana aksi yang solid, akan mengalami kegagalan, " demikian kata menteri meambahkan. Sementara itu Dirut Perum ANTARA Dr. Ahmad Mukhlis dalam sambutannya, antara lain menyebutkan bahwa organisasi yang dipimpinnya saat ini sedang melakukan berbagai pembenahan dan pengembangan produk. Sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pasar, ANTARA saat ini tidak saja memberikan pelayanan informasi teks, tetapi juga audio dan visual (konten radio dan TV) serta pelayanan informasi berbasis web. (*)

Copyright © ANTARA 2008