Jakarta (ANTARAm News) - Kurs rupiah, Jumat pagi, merosot mendekati angka Rp9.250 per dolar AS, karena pelaku pasar masih memburu dolar AS ketimbang rupiah, akibat kenaikan harga minyak mentah dunia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi Rp9.245/9.255 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.220/9.250 per dolar AS atau melemah 25 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan sentimen negatif terhadap rupiah masih tinggi, sehingga mata uang Indonesia itu kembali terpuruk. "Kami memperkirakan rupiah akan tetap terpuruk yang terus bergerak turun mendekati angka Rp9.300 per dolar AS," katanya. Penurunan rupiah, menurut dia, juga akibat pengalihan dana asing ke pasar domestik seperti harga minyak mentah yang sempat mencapai angka 110 dolar AS per barel dan diperkirakan akan terus menguat hingga mencapai 125 dolar AS per barel. Pelaku asing melepas sahamnya yang ditukarkan ke dolar untuk bermain di pasar komoditi yang memberikan keuntungan yang lebih besar, ucapnya. Pelaku asing, lanjut dia, menilai pasar saham Indonesia sudah tidak menarik lagi, setelah mengalami rally yang cukup lama, dan saatnya mengalihkan dana tersebut. "Kami optimis rupiah masih tetap tertekan pada perdagangan sore nanti, karena sentimen negatif pasar masih besar," ucapnya. Menurut dia, kenaikan harga minyak mentah dunia itu, karena ulah investor keuangan yang bermain di pasar komoditi yang memberikan keuntungan lebih baik ketimbang bermain saham di pasar domestik. Meski dolar AS terhadap euro dan swiss francs di pasar global bergerak turun, akibat data penjualan ritel AS yang merosot. Dolar AS terhadap euro turun menjadi 1,5615 dan terhadap Swiss francs jadi 1.0122, sedangkan terhadap yen menguat menjadi 100,80 dari 100,65. Edwin Sinaga yang juga Dirut PT Finance Corpindo mengatakan, rupiah saat ini terpuruk, namun posisinya dalam level yang aman, setelah mengalami kenaikan yang cukup berarti. Rupiah baru dikatakan terpuruk apalagi mencapai angka Rp9.500 per dolar AS, ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008