Sorong (ANTARA News) - Pembangunan Bandara Sinak di Kabupaten Puncak Jaya, Papua, terhenti karena kekurangan dana, padahal fasilitas transportasi itu sangat strategis sebagai pembuka akses wilayah pedalaman di lereng Pegunungan Cartenz yang selama ini terisolasi. Pembangunan bandara yang didanai dari APBD Kabupaten Puncak Jaya tersebut berhenti ketika dalam tahap pembersihan lahan, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Puncak Jaya, Willem Rumbino, di Sorong, Kamis (13/3) kemarin. Menurut Rumbino, pembangunan Bandara Sinak itu dimulai sejak 2005 dan pengerjaannya ditangani oleh pengusaha lokal dari Jayapura. Sayangnya pembangunannya tak kunjung selesai karena kontraktornya ternyata tidak memiliki dana, bahkan dana APBD yang sudah dicairkan justru oleh kontraktor dibelikan alat-alat berat. "Uang disiapkan bagi pmbangunan Bandara, tetapi pengusaha bohong menggunakan dana itu untuk pembelian peralatan berat. Pengusaha itu sangat nakal, sehingga Bandara itu selama tiga tahun terhenti," kata Rumbino. Rumbino mengatakan, Bandara Sinak rencananya dirancang bisa didarati pesawat F-28 dan cargo untuk mengangkut bahan bangunan dan sembilan bahan pokok (Sembako). Sulitnya transportasi membuat harga kebutuhan pokok dan bahan bangunan di daerah pedalaman itu sangat mahal, tidak terjangkau oleh masyarakat kecil. Bahan bangunan semen misalnya, di daerah itu harganya bisa mencapai Rp2 juta per sak. Menurut rencana, jarak landasan pacu Bandara Sinak 1.300 meter menghabiskan dana sekitar Rp400 miliar, namun Pemkab Puja minim biaya, maka perlu perhatian dan dukungan dari Departemen Perhubungan RI di Jakarta. Rumbino berangkat ke Jakarta untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat di Departemen Perhubungan RI agar dapat membantu dana untuk pembangunan dan penuntasan Bandara Sinak. Kabupaten Puncak Jaya hanya bisa dicapai dengan pesawat terbang jenis twin otter MNA dan pesawat Cessna milik Trigana Air Service (TAS) dan pesawat Cessna milik misionariss dengan kapasitas angkutan yang sangat terbatas.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008