Jakarta (ANTARA News) - Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) melihat tarif telekomunikasi yang diberikan oleh operator kepada masyarakat saat ini belum merupakan perang tarif. "BRTI belum anggap ramainya iklan seakan-akan menggambarkan adanya perang tarif dan turunnya tarif retail menandakan tarif yang benar-benar turun," kata anggota BRTI Heru Sutadi melalui pesan singkat di Jakarta, Minggu. BRTI, lanjut Heru, masih menganggap tarif seluler saat ini itu sebagai promosi dan "gimmick" marketing, serta belum merupakan tarif tetap. Dia mengatakan BRTI akan melihat dan memantau tarif seluler apakah akan turun setelah pemberlakuan skema tarif interkoneksi oleh pemerintah pada 1 April mendatang. "Kita akan lihat dan harapkan adalah adanya penurunan tarif tetap dan akan kita pantau per 1 April mendatang," tambah Heru. Senada dengan BRTI, Presiden Direktur PT Excelcomindo Pratama Hasnul Suhaimi dan Group Head Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya mengatakan tarif seluler saat ini belum merupakan perang tarif akan tetapi hanya perang marketing. "Saat ini belum merupakan perang tarif. Operator menurunkan harga saat untuk menaikkan kapasitas jaringan," kata Teguh beberapa waktu yang lalu. Dia mengatakan rata-rata kapasitas jaringan yang terpakai dari jaringan eksisting sekitar 50 persen, sehingga operator berusaha meningkatkan penggunaan kapasitas jaringan dengan menurunkan tarif. Sedangkan Hasnul mengatakan pihaknya berusaha melakukan berbagai cara pemasaran dengan menurunkan tarif seluler untuk meningkatkan tingkat percakapan pelanggannya. Dia mengatakan kapasitas jaringan yang `idle` akan merugikan perusahaan bila tidak digunakan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008