Teheran (ANTARA News) - Kubu konservatif Iran, Ahad, mempertahankan kekuasaan di parlemen dengan mayoritas besar dalam pemilihan anggota dewan legislatif, kendati kelompok pembaruan -- yang mengalami kekalahan dalam veto pra-pemungutan suara -- memperlihatkan penampilan yang lumayan. Kubu konservatif diperkirakan meraih 71 persen kursi, demikian menurut pengumuman Kementerian Dalam Negeri, dalam pemungutan suara yang dikatakan Uni Eropa "tidak bebas dan tidak adil" akibat banyaknya calon pembaruan yang didiskualifikasi. Masih harus dilihat seberapa besar dukungan parlemen baru nantinya kepada Presideh Mahmoud Ahmadinejad, yang harus berusaha terpilih kembali tahun depan sementara ia menghadapi ketidak-puasan rakyat terhadap tingginya angka inflasi di Iran. "Kenyataan bahwa rakyat kembali mempercayai parlemen ... adalah sesuatu yang harus dihargai," kata Shahabeddin Sadr, jurubicara koalisi utama konservatif, kepada AFP. Konservatif sejauh ini telah meraih 163 kursi di majelis dengan 290 kursi dan 54 calon mereka akan bersaing dalam pemungutan suara bulan depan, demikian laporan stasiun televisi berbahasa Inggris, Press-TV, yang mengutip keterangan Kementerian Dalam Negeri. Kaum pembaruan telah memperoleh 40 kursi sejauh ini, katanya. Itu berarti kubu moderat Iran dengan susah-payah telah mempertahankan setidaknya perwakilan yang sama dengan mereka miliki di parlemen sebelumnya meskipun ada yang didiskualifikasi. Kubu pembaruan memuji penampilan mereka sebagai "luar biasa" saat calon terbaik mereka, termasuk anggota parlemen saat ini, didiskualifikasi oleh lembaga garis keras karena kurang memiliki kesetiaan kepada nilai-nilai revolusi. "Meskipun ada semua pembatasan tersebut ... kami dengan susah-payah berhasil mengganggu permainan musuh-musuh kami," kata jurubicara koalisi pembaruan Abdollah Nasseri kepada wartawan. Pemerintah dengan cepat memuji kedatangan sebanyak 60 persen pemilih sebagai pemungutan suara "gemilang" penuh kepercayaan dalam revolusi Islam, setelah memuji pemungutan suara tersebut sebagai bukti persatuan nasional pada saat terjadi ketegangan dengan Barat. "Sekali lagi, kehadiran anda dalam jumlah besar dan gemilang dalam pemilihan umum menggagalkan rencana musuh. Perang urat-syaraf mereka untuk membuat sedikit pemilihan yang datang tak lebih dari sekedar kata-kata kosong," kata pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei. Kurang bergairah Namun reaksi internasional tak terlalu bergairah. Diskualifikasi sebelum pemungutan suara berarti "pemilihan umum tersebut tidak jujur dan tidak bebas", kata Presiden Uni Eropa, Slovenia. Hasilnya "direkayasa dalam pengertian bahwa rakyat Iran tak dapat memberi suara bagi banyak orang", kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS Sean McCormack. Sebagian hasil dari Teheran, yang mengirim 30 anggota ke parlemen, memperlihatkan kemenangan besar bagi kelompok konservatif, dan Ketua Parlemen Gholan Ali Hadad Adel mengantungi paling banyak suara. Ia diikuti oleh 13 lagi tokoh konservatif, termasuk empat anggota dari daftar Pengadilan Harum Manis, yang setia kepada Ahmadinejad --yang dijadwalkan dipilih langsung sebagai anggota parlemen tanpa harus mengikuti persaingan. Mantan perunding senior nuklir Iran Ali Larijani, yang mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dari kelompok konservatif di kota suci Wom dan disebut-sebut sebagai calon ketua parlemen masa depan, terpilih dengan suara mayoritas 70 persen lebih. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008