Palangka Raya (ANTARA News) - Sebanyak 20 tongkang pengangkut batubara milik PT Marunda Graha Mineral (MGM), perusahaan tambang batubara terbesar di Kalimantan Tengah (Kalteng), kandas di Sungai Barito dalam sebulan terakhir akibat surutnya debit air sungai itu. "Sejak Februari lalu, 20 tongkang kami kandas di sejumlah titik surut Sungai Barito, rata-rata tongkang itu tengah mengangkut 2.500 hingga 3.000 ton batubara siap ekspor," kata Presiden Direktur PT MGM, Sukardono, di Palangka Raya, Senin. Kandasnya puluhan tongkang batubara dalam musim surut kali ini, menurut dia, terancam mempengaruhi target produksi batubara perusahaan dalam tahun ini yang dipatok 1,6 juta ton batubara. Sukardono mengemukakan, peristiwa kandasnya tongkang itu seringkali terjadi dan pihaknya belum menemukan solusi untuk mengatasi hambatan distribusi batubara melalui jalur sungai terbesar di Kalteng tersebut. PT MGM bahkan melaporkan telah kehilangan empat tongkang batubara sejak beroperasi akibat tenggelam ke dasar sungai dan belum bisa dievakuasi hingga saat ini. Sungai Barito yang merupakan sungai terpanjang di Kalteng dengan panjang 900 kilometer, dan dikenal memiliki sejumlah titik dangkal yang rawan menyebabkan kapal bermuatan berat kandas. "Upaya pengerukan alur sungai juga tidak mungkin dilakukan karena begitu banjir tetap akan dangkal kembali nanti, sehingga kami hanya bisa pasrah pada keadaan dan berharap pemerintah bisa mencari solusi lain," ujarnya. Rencana pembangunan rel kereta api (KA) sebagai jalur angkutan alternatif, menurut dia, merupakan solusi jangka panjang sedangkan perusahaan tambang terancam sudah mati sebelum ada rel KA dibangun. Padahal, ia mengemukakan, bila hambatan transportasi angkutan itu bisa diatasi, pihaknya menargetkan peningkatan kapasitas produksi hingga diatas dua juta ton per tahun. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalteng sebelumnya memperkirakan produksi hasil tambang batubara Kalteng yang masih berkisar antara dua hingga lima juta ton per tahun akan meningkat hingga mencapai angka 20 juta ton per tahun pada tahun 2009 mendatang. Menurut Kepala Subdin Pertambangan Umum Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalteng, Syahril Tarigan, produksi sebesar itu dapat dicapai bila sedikit-dikitnya empat hingga lima perusahaan pertambangan telah aktif melakukan eksploitasi. Syahril mengemukakan, produksi tambang Kalteng saat ini masih tergolong minim akibat terhambatnya sarana-prasarana transportasi pengangkutan disamping juga baru satu perusahaan yang aktif beroperasi, yakni PT Marunda Graha Mineral. "Tapi, dalam satu-dua tahun ini akan ada lagi sejumlah perusahaan yang akan mulai beroperasi dalam kegiatan eksploitasi. Utamanya, perusahaan pemegang izin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)," kata Syahril. Di antara perusahaan pemegang PKP2B yang juga telah mulai melakukan konstruksi dan siap berproduksi adalah PT Lahai Coal, PT Barinto Ekatama, PT Asmin Coalindo Tuhup, PT Batubara Duaribu Abadi, dan PT Multi Tambang Jaya Utama. Semuanya tersebar di kawasan Barito meliputi Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan, dan Barito Timur. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008