Jakarta (ANTARA News) - Ngotot meraih prestasi terhormat sebagai kapten timnas Inggris keseratus kalinya dalam pertandingan persahabatan melawan Prancis pada 26 Maret 2008, diharapkan mampu membawa bintang sepakbola David Beckham untuk berefleksi diri guna menemukan oase di tengah padang pasir gemerlap ambisi. Tampil sebagai sosok yang punya segudang pengalaman sebagai pemain sepakbola berkelas internasional, Beckham yang kini berusia 32 tahun itu memiliki kemampuan yang kerap mengundang decak kagum pecinta sepakbola. Ketrampilannya mengambil bola-bola mati dan keahliannya mengatur irama permainan tidak diragukan lagi. Inggris mengangkat topi, publik dunia menikmati sihir "Beckham Mania". Pemain yang kini membela klub sepakbola Amerika Serikat LA Galaxy itu melontarkan pernyataan bahwa tim Three Lions masih menginginkan kehadiran dirinya. Inggris yang gagal lolos ke Piala Eropa 2008 menyimpan duka mendalam. Dicarilah kambing hitam kegagalan itu, Steve McClaren dipecat oleh Asosiasi Sepakbola Inggris (FA), kemudian Fabio Capello diangkat sebagai pelatih. Sejumlah media massa Inggris menyebutkan, tangan kanan pelatih timnas Inggris, Franco Baldini telah menghubungi Beckham. Pengakuan datang dari mantan pemain Manchester United itu, "Saya telah didatangi Baldini. Publik mengira bahwa telah ada tekanan, karena itu saya tegaskan sama sekali tidak ada tekanan." Bintang sepakbola yang pernah membela Real Madrid itu menambahkan, "Saya hanya ingin tampil. Bermain sepakbola sebagaimana layaknya seorang yang hendak bekerja keras." Testimoni Beckham itu direspons oleh BBC dan diprovokasi oleh harian Inggris Telegraph dengan satu pertanyaan, apakah memang Beckham seharusnya tampil bersama timnas Inggris? Dengan mengandalkan kecintaannya kepada tanah airnya, Beckham menjawab, "Pemain sepakbola mana yang tidak bangga bila memperoleh kesempatan membela timnas negaranya". Lampu hijau diberikan oleh pelatih asal Italia itu. "Besar kemungkinan ia (Beckham) akan terpilih," kata Capello. Gelandang LA Galaxy itu terindikasi sedang terbakar ambisi. Buktinya, pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson meminta kepada Capello agar memurnikan niat dan menjernihkan tekad Beckham. Ketika timnas Inggris hendak meladeni Switzerland di stadion Wembley pada 6 Februari 2008, Ferguson mengatakan, "Membiarkan dirinya (Beckham) tampil hanya semata-mata untuk mencetak rekor keseratus kalinya sebagai kapten timnas, justru keputusan yang tidak tepat. Fabio Capello perlu meluruskan tekad Beckham itu," kata Ferguson. Sementara itu, mantan pelatih Inggris Sven-Goran Eriksson berharap Beckham dapat mewujudkan cita-citanya itu. "Saya setuju 100 persen dengan pendapat Sir Alex, karena ia memang berhak memperolehnya," kata Eriksson yang kini menangani Manchester City. Beckham kerap disebut sebagai "anak emas" Eriksson. Dukungan datang dari sesama rekan dalam timnas Inggris. Gelandang Inggris yang juga bermain untuk Liverpool, Steven Gerrard menyatakan, "Saya rasa David masih pantas mengenakan kostum timnas Inggris. Ia masih punya kemampuan. Ia mampu memelihara kebugarannya sebagai pemain, meski ia berada di Amerika." Untuk menjawab keraguan publik akan kebugaran dirinya, Beckham tampak berlatih bersama dengan Arsenal ketika roda kompetisi sepakbola di Amerika Serikat sedang berhenti. Ketika berbicara mengenai kemampuan berefleksi diri, Beckham seakan tampil sebagai "murid" dari filsuf Teilhard de Chardin. Dalam karyanya The Phenomenon of Man, filsuf Prancis itu menulis bahwa hewan mengetahui, tetapi hanya manusia "mengetahui bahwa ia mengetahui". Kemampuan berefleksi diri merupakan ciri hakiki manusia. Hewan tidak mampu berefleksi tentang dirinya. Berefleksi diri merupakan aktivitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Berefleksi diri artinya berbalik kepada diri sendiri. "Dengan menjadikan diriku pusat refleksi, aku menarik diriku dari lingkunganku, dari orang lain yang juga berada dalam lingkunganku. Aku membedakan diriku dari mereka," tulis Chardin. Namun, Beckham kini dihadapkan dengan kemenduaan (ambivalensi) psikologi manusia yang harus memilih dan membayar pilihannya dengan kehilangan. Buktinya, fakta tidak menipu, begitu ungkapan yang kini dialami Beckham ketika kehadirannya disambut dingin oleh publik di Asia. Popularitasnya tidak cukup kuat jadi magnet bagi publik pecinta sepakbola di Asia. Banyaknya kursi kosong tidak sebanding dengan daya pikat popularitasnya sebagai bintang sepakbola kelas dunia. Terlebih jika dibandingkan dengan kedatangan bintang musik rock, maka kehadiran dirinya bersama LA Galaxy terbilang tidak gegap gempita. Hanya 11.000 fans yang menyaksikan penampilan Galaxy di Hong Kong. Banyak kursi kosong di stadion kota itu. Pemandangan serupa juga ditemui saat Beckham bersama timnya berlaga di Shanghai. Puluhan sampai ratusan penggemar menyambut kedatangannya di bandara Hong Kong. "Faktanya memang ia tidak tampil di Liga Utama Inggris atau di Spanyol. Ini faktor yang utama," kata salah seorang fans, Chuck Lee. "Ia (Beckham) tampan, ia menarik," kata Esther Chan. "Tetapi saya kira Galaxy tidak terlalu menarik ketika bertanding sepakbola." Tur bernilai penting bagi Galaxy dalam menghadapi musim kompetisi di Amerika Serikat. Beckham-mania memuncak pada 2001 ketika massa mengikuti rombongannya dalam kunjungan ke Malaysia, Singapura dan Thailand. Ketika itu Beckham masih bergabung bersama Manchester United. Kolumnis sepakbola Alan Hansen menulis, merebaknya Beckham mania belum cukup untuk mendongkrak semangat Beckham masuk ke timnas Inggris guna menghadapi pertandingan persahabatan melawan Prancis. Capello perlu membenahi kondisi fisik Beckham. Isu besar yang kini dihadapi timnas Inggris justru kepada pembenahan kondisi Frank Lampard, bukan berkonsentrasi kepada Beckham. Masa depan Inggris tidak semata terletak kepada Beckham. Capello perlu segera menyiapkan timnas Inggris untuk tampil di babak penyisihan Piala Dunia pada September 2008. Selama berkiprah di Liga Utama Amerika Serikat, kemampuan Beckham kurang terasah dan teruji bersama klubnya LA Galaxy. Apakah Capello siap dengan hujatan yang bakal dilontarkan oleh media massa Inggris bila Beckham tampil seadanya dalam laga melawan Prancis nanti? Ini juga pertanyaan reflektif bagi Capello jika "nekad" memanggil dan menurunkan Beckham. Apakah para pemain telah siap menerima kritik pedas yang telah menjadi merek dagang dari pers Inggris selama ini? Padahal konsentrasi pemain diperlukan menjelang babak penyisihan Piala Dunia. Menurut Hansen, perkembangan sepakbola Amerika Serikat jauh tertinggal ketimbang sepakbola Inggris. Untuk menaikkan pamor sepakbola Amerika Serikat, sejumlah pemain yang telah menginjak usia senja ikut dipanggil. Baldini mendapati bahwa Inggris masih berharap kepada talenta Beckham karena ketrampilan jadi pertimbangan utama. Padahal, para pemain yang tampil di Liga Utama Inggris paham bahwa kemampuan fisik jadi penentu utama. Bukan tidak mungkin asisten Capello itu telah salah mengira dan salah memantau ciri khas sepakbola Inggris? Sistem atau gaya permainan Capello berada di persimpangan jalan, menekankan kepada sistem atau style. Ini dilemma bagi pelatih asal Italia itu dalam menangani timnas Inggris. Karakter timnas Inggris umumnya mengandalkan operan-operan yang tepat sasaran ketika menghadapi tim yang memiliki teknik memadai. Diperlukan sembilan atau sepuluh pemain yang memiliki kemampuan nomor wahid dalam penguasaan bola. Sayangnya, Inggris belum sampai pada fase itu. Capello perlu memberi perhatian kepada lini gelandang yang ditempati Frank Lampard. Ia dapat dipasangkan bersama dengan Steven Gerrard. Ketajaman dan ketangguhan lini tengah telah lama mewarnai sepakbola Inggris. Ini asal muasal sepakbola Inggris mengandalkan ketajaman dan ketepatan operan selama 10 tahun terakhir. Pada titik ini kehadiran Beckham diperlukan, meski Capello berhadapan dengan dilemma, lebih mengedepankan sistem atau justru memprioritaskan style bermain. Kehadiran Beckham membawa pekerjaan rumah bagi Capello. Beckham pun berkesempatan untuk melakukan evolusi diri dengan menyambangi refleksi diri. Baik Beckham maupun Capello ingin menemukan eksistensi diri, artinya berusaha keluar dari diri sendiri. Keduanya berziarah menuju "eksistensi" yang autentik, menjadi manusia dengan berefleksi diri. Mereka tidak ingin sekedar menjadi manusia saja. Situasinya kini, Beckham ngotot, sementara Capello repot. (*)

Oleh Oleh A.A. Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008