Jakarta (ANTARA News) - Kalangan pengusaha mendesak pemerintah segera mengambil kebijakan untuk melakukan stabilisasi nilai rupiah yang pada Senin (17/3) melemah mendekati angka Rp9.300 per dolar AS. "Fluktuasi yang terlalu tajam akan menjadi masalah. Kita harapkan Bank Indonesia (BI) bisa menjamin kurs rupiah stabil," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), Toto Dirgantoro, di Jakarta, Selasa. Nilai tukar rupiah, kemarin merosot menjadi Rp9.280/9.290 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.174/9.253 per dolar AS atau melemah 106 poin. Menurut Toto, eksportir sebenarnya masih mendapatkan keuntungan dari melemahnya rupiah namun ia berharap pemerintah menjaga kurs rupiah maksimal Rp9.500 per dolar AS. "Sekarang masih aman, cuma untuk industri yang tidak berorientasi ekspor, kondisi itu akan menjadi pukulan. Karena saat mereka membeli bahan baku kan kursnya rendah, tapi begitu tutup L/C (letter of Credit) kurs rupiah melemah, jadi mereka membayar lebih mahal," jelasnya. Direktur Utama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), Heinrich Napitupulu mengaku tidak mempermasalahkan melemahnya rupiah karena telah melakukan lindung nilai (hedging) kurs rupiah terhadap dolar AS. "Kita sudah kalkulasi kalau dolar kita akan naik atau tidak, saat kita jual juga akan kita jual dengan harga hedging, kita sudah melindungi diri, kita kan tidak mau rugi,"katanya. Meski demikian, ia berharap pemerintah segera mengambil langkah untuk menstabilkan nilai rupiah agar tidak menimbulkan aksi spekulasi pemain valuta asing. "Ini memang anomali, dolar AS melemah, rupiah melemah. Kurs kita dengan mata uang lainnya juga makin turun," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008