Surabaya (ANTARA News) - Keinginan petani tebu untuk segera mendapatkan kepastian dana talangan atas gula produksi giling musim 2008, hingga kini belum terealisasi karena investor penyedia dana talangan belum mendapat jaminan kepastian usaha. Informasi yang diperoleh wartawan di Surabaya, Selasa, menyebutkan kalangan petani tebu berharap investor bisa secepatnya memberi kepastian soal kemitraan dana talangan agar kelangsungan usaha budidaya tebu terus bergairah. Dalam rapat koordinasi terbatas pergulaan yang dihadiri perwakilan petani tebu, perusahaan gula berbahan baku tebu rakyat dan investor dana talangan di Jakarta, Senin (17/3), terungkap bahwa dana talangan yang diharapkan petani tebu sebesar Rp5.300 per kg. Angka itu naik dibanding besaran dana talangan tahun 2007 yang ditetapkan sebesar Rp4.900 per kg. Kenaikan dana talangan itu dipicu melonjaknya ongkos produksi akibat eskalasi harga minyak dunia dan efek domino yang ditimbulkan. "Sampai sekarang investor penyedia dana talangan masih belum jelas, karena mereka belum melihat adanya jaminan berusaha yang diberikan pemerintah," kata Wakil Sekjen Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi), Ir Adig Suwandi yang ikut dalam pertemuan tersebut. Ia mengatakan, Departemen Perdagangan tampaknya tidak akan mengubah patokan harga dasar gula sebesar Rp4.900 per kg, seperti yang berlaku pada tahun 2007. Terkait ongkos produksi, Dewan Gula Indonesia (DGI) dengan dibantu tiga perguruan tinggi, yakni Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Brawijaya (Unibraw), telah menurunkan tim untuk melakukan survei di sejumlah pabrik gula dan petani. "Hasil survei itu bisa menjadi bahan pertimbangan untuk diusulkan kepada pemerintah dalam penetapan harga dasar gula tahun 2008," tambah Adig. Menurut ia, investor dipastikan enggan menjadi penjamin harga dasar apabila tidak muncul kebijakan untuk menghentikan impor gula. "Sementara ini, investor bersikap `wait and see` mengenai langkah yang akan diambil pemerintah untuk mengatasi kelebihan stok gula di dalam negeri," jelasnya. Hingga saat ini, stok gula dalam negeri masih berlimpah. Selain produksi dari hasil penggilingan tebu pada tahun 2007 yang mencapai 2,44 juta ton, juga produksi gula rafinasi berbahan baku `raw sugar` (gula kristal mentah) impor yang mencapai 1,45 juta ton. Selain itu, masih terdapat 680.000 ton gula rafinasi yang impornya dilakukan industri makanan dan minuman. Kelebihan stok yang terjadi beberapa waktu terakhir, mengakibatkan harga gula lokal jatuh, termasuk dampak dari rembesan gula rafinasi yang masuk ke pasar gula komsumsi. Komunitas pergulaan juga telah mendesak pemerintah untuk tidak mengeluarkan rekomendasi dan izin impor gula, sampai terwujudnya keseimbangan stok di dalam negeri.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008