Bojonegoro (ANTARA News) - Daerah hilir Bengawan Solo di Jatim, yaitu Kabupaten Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, kembali mewaspadai meluapnya sungai terpanjang di Pulau Jawa itu, akibat hujan di daerah hulu dan banjir bandang di anak sungainya, Bengawan Madiun. Di Bojonegoro, luapan Bengawan Solo masuk siaga II dengan ketinggian air di papan duga mencapai 14,70 m pada, Jumat (21/3), pukul 09.00 WIB. "Ini sudah ke empat kalinya Bengawan Solo meluap selama musim penghujan ini," kata Koordinator Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Moelyono. Menurut dia, naiknya permukaan air Bengawan Solo di daerah hilir tersebut, akibat meluapnya anak sungai Bengawan Madiun, dimana luapan itu selanjutnya masuk ke Bengawan Solo. Meluapnya air Bengawan Solo itu, lanjutnya, nisbi terkendali, sepanjang daerah hulu di Solo, Jateng tidak terjadi banjir. Tetapi, dengan ketinggian air sekarang ini, debit banjir kembali akan masuk ke sejumlah desa di Kec. Widang, Tuban dan Laren, Lamongan. Selain juga air masuk melalui jalan di Dusun Grape, Desa Kanor, Kec. Kanor, yang kembali jebol sepanjang 75 m akibat banjir sebelum ini. "Kami sudah melaporkan kepada Satlak Kecamatan di Widang dan Laren Lamongan, agar kembali waspada, sebab genangan debit banjir sekarang ini sudah kembali masuk daerah itu, lewat jebolan tanggul," katanya. Tanggul di Desa Tegalharjo, Kec. Widang, Tuban yang semula jebol sepanjang 150 m pada banjir akhir 2007 lalu, perbaikkannya masih belum rampung. Masih ada tanggul yang jebol sepanjang 67 m, sehingga menjadi jalan masuk debit banjir Bengawan Solo. Ia menjelaskan, pengamanan banjir di daerah hilir mulai Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, tetap masuk dalam program Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jateng yang akan merealisasikan pembangunan tanggul kanan dan kiri mulai Babat, Lamongan hingga Cepu, Jateng. Rencananya, katanya, Perum Jasa Tirta I Malang juga akan melakukan pengerukkan sudetan di Sedayu Lawas ke Laut Jawa, yang sekarang ini mengalami pendangkalan, akibat banjir bandang akhir 2007 lalu. "Kalau sudetan tidak dikeruk, air tidak bisa mengalir ke laut, sehingga banjir (genangan) akan bertahan lama," katanya menegaskan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008