Surabaya (ANTARA News) - Sejak sebelum menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Prof Ir H Mohammad Nuh DEA agaknya sudah biasa memberikan ceramah agama. Karena itu, saat menjadi khotib (pemberi khutbah/ceramah) salat Jumat di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya atau MAS (21/3), maka dia pun tampak piawai dengan idiom agama. "Saya sendiri kalah pintar dari syetan, karena syetan itu tidak pernah mati, sehingga syetan semakin berkualitas, sedangkan manusia itu pasti mati, sehingga manusia akan belajar dari nol terus," ucapnya. Tapi, kata mantan rektor ITS yang kelahiran Surabaya pada 17 Juni 1959 itu, syetan yang pintar itu masih dapat dikalahkan manusia yang tidak pintar. "Syetan itu tidak akan dapat dikalahkan manusia yang pintar, karena dia sendiri lebih pintar, tapi syetan yang pintar itu dapat dikalahkan manusia yang ihlas (tak pamrih)," tuturnya. Doktor alumnus Universite Science et Technique du Languedoc (USTL), Montpellier, Perancis itu menyarankan jemaah MAS untuk ihlas dengan stok persoalan yang dimiliki bangsa Indonesia. "Meski banyak persoalan, kita nggak perlu khawatir, karena itu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk tidak mudah berputus asa dan bersikap ihlas," papar ayah seorang putri itu. A`wan (anggota dewan syuriah/pengarah) PWNU Jatim itu pun menyebut "jangan putus asa" dan "ihlas" merupakan tesis dari Allah SWT yang patut dijalankan untuk dapat mengalahkan syetan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008