New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun, Senin, akibat ekspektasi melambatnya pertumbuhan di Amerika Serikat, ekonomi terbesar dunia, yang kemungkinan akan mengurangi permintaan minyak, kata para pedagang. Kecemasan baru tentang momentum ekonomi AS muncul kembali sejak OECD pekan lalu merilis sebuah laporan yang memberikan kesan ekonomi AS sedang bergerak menuju sebuah resesi yang ditunjukkan dengan turunnya proyeksi pertumbuhan AS. Para ekonom percaya beberapa komoditi seperti minyak dapat turun harganua jika pertumbuhan AS dan global menurun signifikan. Kontrak utama minyak berjangka di New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Mei, ditutup turun 98 sen pada 100,86 dolar AS per barrel. Kontrak telah ditutup pada 101,84 dolar AS pada Kamis lalu, setelah sempat berada di bawah level 100-dolar AS. Pasar tutup pada Jumat untuk libur umum. Di London, minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman Mei turun 52 sen pada 99,86 dolar AS, setelah matap pada 100,38 dolar AS pada Kamis. Beberapa pedagang menyakini harga minyak dapat turun lagi pada hari-hari mendatang. Harga minyak berada dalam tekanan sejak Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembanganun (OECD) yang berbasis di Paris, Kamis, mengatakan bahwa ekonomi AS sekarang diperkirakan tumbuh 0,1 persen pada kuartal pertama, turun dari estimasi pada Desember 0,3 persen dan akan menunjukkan pertumbuhan nol pada kuartal kedua dibandingkan dengan 0,4 persen yang diberikan sebelumnya. Sejumlah ekonom meyakini importir minyak terbesar di dunia itu sudah berada dalam resesi. Para analis OECD yakin pertumbuhan AS akan terhuyung sebagian akibat merosotnya sektor perumahan yang sedang berlangsung, yang mereka katakan kemungkinan akan mengurangi harga rumah untuk beberapa waktu mendatang. "Dukungan sekarang pada level 100 dolar AS, karena pasar fokus pada melemahnya permintaan AS," kata Tony Nunan, dari Mitsubishi Corp`s di Tokyo, seperti dilapaorkan AFP. (*)

Copyright © ANTARA 2008