London (ANTARA News) - Dmitry Medvedev, presiden Rusia mendatang, dalam satu wawancara yang disiarkan, Selasa mengatakan negaranya "tidak senang" akan usul-usul untuk memperluas keanggotaan NATO ke bekas-bekas republik Sovyet Georgia dan Ukraina. Berbicara dengan suratkabar The Financial Times dari Moskow, Medvedev juga mengatakan ia ingin berusaha dan memperbaiki hubungan bilateral dengan Inggris, yang berada pada titik rendah pada pasca Perang Dingin setelah pembunuhan mantan mata-mata Rusia Alexander Litvinenko di London, November 2006. "Kami tidak gembira tentang situasi di sekitar Georgia dan Ukraina katanya kepada suratkabar ekonomi itu. "Kami menganggap itu sangat mengganggu struktur keamanan Eropa yang ada... Tidak satu negarapun senang memiliki wakil-wakil dari satu blok militer dekat perbatasannya." Medvedev meraih kemenangan dengan kelebihan suara yang banyak awal bulan ini seperti diduga semula, dan ditetapkan akan menggantikan Presiden Vladimir Putin. Komentar-komentarnya itu dibuat menjelang satu KTT NATO di Bukares pekan depan. Georgia dan Ukraina berharap dapat persetujuan aliansi militer Barat itu bagi keanggotaan rencana aksi (MAP)nya, yang dianggap sebagai tanda bahwa usaha permohonannya berada dalam jalur yang tepat. NATO yang beranggotakan 26 negara itu terbelah dua tentang apakah menerima kedua negara itu atau tidak. Menyinggung hubungan dengan Inggris, yang dingin dalam buan-bulan belakangan ini Medvedev mengatakan:"Kami terbuka bagi menjalin kembali kerjasama secara penuh." Ia mengulangi tuduhan-tuduhan, bahwa British Council, sebagai badan kebudayaan yang sebagian dibiayai kemlu Inggris, terlibat dalam kegiatan mata-mata di Rusia dan mengatakan "waktu akan menunjukkan" apakah kemajuan dalam hubungan Rusia-Inggris nantinya dapat dicapai, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008