Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi, merosot menjauhi angka Rp9.200, karena pelaku pasar terus berspekulasi membeli dolar AS dalam jumlah yang tidak besar. "Pembelian dolar AS yang berlanjut, menekan rupiah terus terpuruk hingga menjauhi angka Rp9.200 per dolar AS, meski mata uang asing itu di pasar regional melemah," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.220/9.230 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.200/9.210 per dolar AS atau melemah 20 poin. Ia mengatakan pasar sepanjang pekan ini cenderung negatif, terutama dari pasar eksternal, akibat kenaikan harga minyak mentah dunia. Pelaku pasar khawatir dengan kondisi seperti ini untuk membeli rupiah, karena itu mereka lebih suka memegang dolar AS, katanya. Rupiah, lanjut Rully Nova, pada pekan depan juga akan masih tertekan pasar, karena tidak ada isu positif yang memicu pergerakannya, bahkan sejumlah bank diperkirakan akan kembali merevisi target bisnis plan-nya menyusul melemah ekonomi global. Pelambatan ekonomi global memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang memberikan pengaruh negatif bagi pertumbuhan perbankan di dalam negeri, katanya. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa, menurut dia, mulai mengimbas kawasan Asia, seperti pertumbuhan ekonomi China dan India yang mulai berkurang sehingga menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Kami memperkirakan Indonesia akan terkena imbas dari krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa didukung pula oleh kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat mencapai 111,40 dolar AS," katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap euro dan Swiss Francs melemah, akibat kekhawatiran investor terhadap krisis keuangan di AS dan Eropa. Dolar AS terhadap yen turun menjadi 99,45 dan terhadap Swiss Franc menjadi 0,9915 dari sebelumnya 0,9947 dan terhadap euro jadi 1,5795 dari sebelumnya 1,5766.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008