Brisbane (ANTARA News) - Film "Ayat-Ayat Cinta" (AAC) yang mampu menyedot jutaan orang penonton di Tanah Air mencerminkan kerinduan umat Islam Indonesia pada kehadiran sosok pemuda Muslim yang cerdas dan begitu fasih berbicara soal agama tetapi berakhlak mulia, kata seorang cendekiawan Muslim di Australia. Kerinduan umat pada kehadiran sosok seperti yang ada dalam diri tokoh utama Fahri bin Abdullah (Fedi Nuril) itu merupakan kunci sukses novel dan film AAC, kata Ra`is Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (NU) Australia dan Selandia Baru, Dr.Nadirsyah Hosen, di Brisbane, Sabtu. Dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Wollongong Australia itu memaparkan pendapatnya tentang film hasil garapan sutradara muda, Hanung Bramantyo, yang diambil dari cerita dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy ini dalam kata pengantar ceramahnya bertajuk "tafsir ayat-ayat cinta" di depan forum pengajian bulanan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB). Di dalam ceramahnya, Nadirsyah Hosen mengatakan, "ayat-ayat tentang cinta" memang dapat ditemui di dalam kitab suci Al Qur`an. Salah satunya adalah Surat Al Nisa ayat 69 yang memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad SAW) bahwa mereka akan bersama Nabi di surga. Ia memaparkan bagaimana ketinggian cinta Nabi Muhammad kepada umatnya sehingga para sahabat beliau sangat berduka saat beliau wafat karena kehadiran Rasulullah di tengah-tengah mereka menjadi penghalang bagi datangnya azab. Di dalam kehidupan di dunia, setelah mencintai Allah dan Nabi Muhammad SAW, seorang Muslim dianjurkan untuk menempatkan ibunya sebagai orang ketiga yang patut dicintai dan disayangi mengingat pengorbanan dan kasih sayangnya yang tiada tara kepada anak. Bahkan kehebatan seorang ibu, katanya, tercermin dalam kehidupan keseharian anak-anaknya. Ia bisa "menjelma" menjadi seorang "dokter" atau "suster" ketika anaknya jatuh sakit karena dialah orang pertama yang "mengobati" anak-anaknya sebelum dibawa ke dokter. Ibu pun menjelma sebagai seorang "guru" bagi anak-anaknya di saat dia menemani mereka belajar dan membantu memecahkan masalah-masalah pelajaran sekolah mereka, kata Nadirsyah Hosen. Pengajian bulanan IISB yang dihadiri puluhan orang Indonesia baik yang berstatus mahasiswa maupun residen tetap di Queensland itu juga diisi dengan penampilan tim kesenian Islam IISB serta makan siang bersama.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008