Damaskus (ANTARA News) - Konferensi Tingkat Tinggi Arab yang dimulai hari Sabtu, berlangsung selama dua hari di Suriah, diwarnai boikot Lebanon dan ketidakhadiran sembilan pemimpin Arab. Presiden Mesir, Hosny Mubarak, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, Raja Yordania, Maroko, Arab Saudi, mengambil keputusan tidak hadir dalam pertemuan puncak itu. Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moallem, sebelumnya dalam konferensi pers mengatakan bahwa para pemimpin itu batal datang karena ditekan Amerika Serikat. Presiden Suriah, Bashar al-Assad, menyambut peserta di konferensi tahunan yang dihadiri 10 pemimpin Arab dan perwakilan dari 10 negara Arab. Lebanon sepenuhnya memboikot pertemuan puncak tersebut. Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menghadiri acara tersebut tetapi dijadwalkan akan meninggalkan konferensi tersebut pada Sabtu malam guna melakukan pembicaraan di Amman dengan Menteri Luar Negeri AS, Condoleezza Rice. Dalam pidato pembukaan, Al-Assad mengemukakan keamanan di Timur Tengah hanya bisa tercapai lewat jalan damai, tidak dengan perang dan agresi. Dia juga mengecam pemahaman Israel tentang keamanan di kawasan itu. "Pemahaman Israel tentang keamanan tidak akan dapat tercapai, karena pendudukan Israel atas wilayah Arab bertentangan dengan perdamaian dan keamanan," al-Assad mengatakan. Dia menambahkan: "Jika keamanan tidak bersifat timbal balik, maka hal itu hanya semu dan tidak ada." Presiden Suriah itu memakai kata "holocaust" untuk menggambarkan serangan militer Israel di Gaza. "Di sini kita bersidang, sedangkan darah syahid-syahid Palestina yang terbunuh oleh pembantaian massal Israel dan `holocaust`, belum lagi kering," katanya. "Teror-negara yang dilakukan Israel kepada bangsa Arab melambangkan teror yang paling mengerikan di masa modern." Al-Assad menekankan bahwa semua negara Arab mempunyai niat bersama untuk mencapai perdamaian di kawasan Timur Tengah, jika Israel menyatakan kesediaan untuk hal tersebut. "Jika perang dan pendudukan menjadi persoalan yang paling serius kami hadapi dalam dasawarsa-dasawarsa terakhir, perjuangan demi perdamaian tidaklah kurang penting. Kami sudah lama menyadari pentingnya perdamaian," kata pemimpin Suriah itu. Mengenai krisis politik di Beirut, dia mengatakan rakyat Lebanon adalah pihak kunci dalam mengakhiri ketegangan serta dalam memilih presiden baru. "Kami siap bekerja sama dengan usaha baik dari Arab maupun bukan Arab demi mengakhiri krisis di sana," Assad menjanjikan. Sementara itu, Presiden Abbas dalam acara tersebut menyerukan perlindungan Arab maupun internasional bagi wilayah Palestina. "Di tengah serangan terus-menerus dari Israel di Tepi Barat, Gaza dan Jerusalem, kami meminta perlindungan Arab dan internasional bagi rakyat kami," kata Abbas kepada DPA.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008