London (ANTARA News) - Menteri Kesehatan dr Siti Fadilah Supari mensinyalir adanya persekongkolan atau konspirasi media tertentu di dalam negeri yang bertujuan memojokkan dirinya dan juga pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan pemberitaan yang tidak sesuai kenyataan. Beberapa contoh pemberitaan yang mengindikasikan adanya upaya memojokkan pemerintah antara lain pemberitaan mengenai "manusia pohon" di Bandung hingga bekteri susu formula, kata Menkes dalam dialog dengan sekira 50 warga dan pelajar serta mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Inggris yang dilangsungkan di ruang Crutacala KBRI London. Kehadiran Menkes Dr dr Siti Fadilah Supari di Kerajaan Inggris adalah dalam rangka kunjungan kerja selama tiga hari sejak 28 Maret dan mengikuti konperensi kesehatan The Medsin Global Health Conference 2008 yang digelar di kota Oxford, Sabtu. Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London Riza Sihbudi mengatakan pada acara ramah tamah yang berlangsung hingga larut malam itu Menkes bercerita mengenai seputar buku yang ditulisnya yang mengundang kontroversi dan laris bertajuk "Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung". Dalam mengawali ceramahnya, Menkes membeberkan program utama Depkes yang antara lain berupa penyediaan obat-obatan dengan harga murah agar terjangkau rakyat banyak yang merupakan bagian dari kebijakan Depkes untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi mayoritas rakyat Indonesia. Menkes menceritakan pengalaman pertama selama tiga hari menjadi Menteri, sudah harus menghadapi berbagai masalah nasional, dari merebaknya kasus antrax, polio, flu burung, hingga berbagai macam bencana alam seperti tsunami, gempa dan banjir yang melanda Jakarta. Pada saat diluncurkan bulan Februari lalu di Jakarta, tidak ada respon dari publik dalam negeri.Namun setelah diekspos oleh koran The Age dari Australia dan menimbulkan kegemparan di dunia internasional, baru media di Indonesia ramai memperbincangkan buku yang berjudul "Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung itu,," ujarnya. Menurut Menkes , di koran Australia itu antara lain diberitakan bahwa "Menkes Indonesia menuduh Amerika dan WHO berkonspirasi memanfaatkan virus flu burung untuk memproduksi senjata kimia/ biologis". Padahal di buku itu sama sekali tidak ada kalimat seperti itu, ujar Menkes yang dalam usianya 59 tahun masih tampak energik itu menyebutkan setelah membaca buku orang berkesimpulan seperti itu ya bisa saja, katanya yang disambut dengan gelak tawa para hadirin. "Saya hanya bermaksud menggugat ketidakadilan yang sudah berlangsung puluhan tahun dalam mekanisme yang berlaku di WHO," ujarnya. Menurut Menteri, mekanisme itu sangat merugikan negara-negara miskin dan berkembang, sementara menguntungkan negara kaya atau kapitalis. Ia mencontohkan, orang miskin yang meninggal karena flu burung, virusnya dibawa ke WHO dengan dalih untuk dibuatkan vaksinnya, tapi setelah vaksin jadi, yang menjual produknya adalah perusahaan obat dari negara kaya. Artinya negara kaya menikmati keuntungan dari penderitaan rakyat miskin di dunia ketiga. Ia juga bercerita mengenai berita yang bersumber dari koran The Straits Time Singapura yang menyebutkan bahwa ada virus yang dikirim Indonesia ke WHO ternyata kemudian dibawa ke sebuah laboratoium militer Amerika Serikat . "Saya pikir apa yang saya tulis di buku saya itu yang kemudian menimbulkan kehebohan," ujarnya. Dalam kunjungannya Menkes disertai Dr Widjaya Lukito, staf ahli khusus Menkes, dan Drg Murti Utami MPH serta Bobby Suryowibowo itu menyampaikan makalah mengenai "Disaster Relief and Emerging Epidemics" dalam konperensi kesehatan yang bertema "Evolving Problems and New Perspectives" yang berlangsung selama dua hari di The John Radcliffe Hospital, Oxford. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008