Jakarta, 31 Maret 2008 (ANTARA) - PT Timah (Persero) Tbk hari ini menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasian untuk tahun buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2007. Perseroan mencatat laba bersih tahun 2007 sebesar Rp 1,78 triliun (Rp1.784,6 miliar) atau Rp3.546,- per saham, lebih tinggi 757% dibandingkan dengan laba bersih tahun 2006 sebesar Rp208,1 miliar atau Rp414,- per saham. Lebih tingginya laba bersih Perseroan pada tahun 2007 tersebut disebabkan oleh peningkatan kinerja perseroan dan meningkatnya harga logam timah dunia yang didukung oleh semakin membaiknya situasi industri pertimahan nasional. Penegakan hukum dalam kegiatan penambangan timah memberikan kontribusi yang signifikan pada membaiknya situasi industri pertimahan di Indonesia. Hal ini diikuti oleh langkah pemerintah dengan menerbitkan Keputusan Menteri Perdagangan No.4 tahun 2007 telah berhasil memelihara kondisi kegiatan industri penambangan timah menjadi semakin kondusif. Di samping itu kepedulian bersama akan manfaat timah bagi Perseroan dan masyarakat dalam program "Harmonisasi" yang digulirkan Perseroan dalam satu tahun terakhir, kini menunjukkan hasil berupa peningkatan kinerja Perseroan dan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar yang menjadi binaan Perseroan. Selain itu terkendalinya ekspor logam timah dari Indonesia telah mempengaruhi tingkat harga logam timah di pasar global. Harga tertinggi logam timah dunia selama tahun 2007 adalah 17.300 US$/Mton dan terendah adalah 10.175 US$/MTon dengan harga rata-rata sebesar 14,529 US$/Mton, meningkat 166% dari harga rata-rata logam timah dunia tahun 2006 sebesar 8,763 US$/Mton. Saat ini PT Timah menguasai kurang lebih 18% dari total pasokan dunia dengan total produksi tahun 2007 sebesar 58.325 Mton Tinjauan Operasi Pendapatan Perseroan pada tahun 2007 mencapai Rp 8.542,4 miliar atau 110% lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan tahun 2006 sebesar Rp 4.076,4 miliar. Kontribusi terbesar pendapatan Perseroan didapatkan dari penjualan logam timah sebesar 91,15% sementara hasil penjualan batu bara memberikan kontribusi sebesar 8,6%. Pendapatan dari penjualan logam timah meningkat 225,7% dari Rp3.450.3,- miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 7.786.2,-miliar. Peningkatan ini disebabkan oleh volume penjualan logam timah yang meningkat cukup signifikan dan oleh lebih tingginya harga rata-rata logam timah yang diterima Perseroan. Volume penjualan logam timah meningkat sebesar 38%, dari 42.613 Mton pada tahun 2006 menjadi 58.927 Mton pada tahun 2007. Harga rata-rata logam timah yang diterima Perseroan tahun 2007 sebesar US$14,474 per ton adalah 64% lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata US$8.844 per ton pada tahun 2006. Sementara kurs rata-rata nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah pada tahun 2007 dan tahun 2006 relatif stabil. Kurs rata-rata nilai tukar Dolar AS tahun 2006 sebesar Rp9.166,-/US$ dan pada tahun 2007 sebesar Rp9.129,-/US$. Sedangkan produksi logam timah tahun 2007 adalah sebesar 58.325 Mton, 31% lebih tinggi dibandingkan dengan produksi tahun 2006 sebesar 44.689 Mton. Tingginya produksi logam tahun 2007 di samping disebabkan oleh peningkatan kapasitas peleburan juga dikarenakan peningkatan jumlah bijih yang didapat Perseroan. Total produk bijih tahun 2007 sebesar 58.086 ton Sn lebih besar 12% dari produk bijih tahun 2006 sebesar 51.847 ton Sn. Peningkatan produk logam timah juga telah menjadikan persediaan bijih yang dimiliki Perseroan berkurang sebesar 56% yang pada tahun 2006 berjumlah 13.325 ton Sn menjadi tinggal 5.919 ton Sn pada tahun 2007. Kontribusi terbesar bijih didapatkan dari tambang darat yakni sebesar 46.078 ton Sn pada tahun 2007 yang berarti meningkat 18% jika dibandingkan tahun 2006 sebesar 39.141 ton Sn. Hal ini dipengaruhi oleh berlanjutnya penertiban terhadap industri pertimahan yang dilakukan oleh aparat hukum dan juga semakin efektifnya pengamanan kuasa penambangan milik perseroan, sehingga pasokan dari produksi tambang darat menjadi lebih baik. Sedangkan produksi bijih dari penambangan lepas pantai mengalami penurunan 5% dari tahun 2006 sebesar 12.706 ton Sn menjadi 12.008 ton Sn pada tahun 2007. Hal tersebut disebabkan aktivitas penambangan lepas pantai pada tahun 2007 sering menghadapi kendala cuaca atau Kapal Keruk terpaksa dihentikan sementara untuk perbaikan. Peningkatan volume produksi logam yang memanfaatkan produk bijih yang dihasilkan dan persediaan bijih yang ada memiliki konsekuensi peningkatan volume terak (barang dalam proses) sebesar 54% dari sebelumnya pada tahun 2006 sebesar 10.925 ton menjadi 16.866 ton pada tahun 2007. Usaha di bidang batubara tetap memberikan kontribusi berarti bagi Perseroan. Pengadaan batubara, baik yang dihasilkan oleh PT Tanjung Alam Jaya maupun yang dibeli dari mitra usaha diperoleh sebesar 0,9% dari 2.145.254 ton tahun 2006 menjadi 2.164.885 ton pada tahun 2007. Sedangkan volume penjualan meningkat 36% dari 1.784.305 ton pada tahun 2006 menjadi 2.430.836,5 ton pada tahun 2007. Tinjauan Keuangan Laba kotor Perseroan tahun 2007 mencapai Rp3.176,0 miliar, atau 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laba kotor tahun 2006 sebesar Rp665,1 miliar, dan harga pokok penjualan logam timah meningkat sebesar 57%, sedangkan harga pokok penjualan di luar timah meningkat 25% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laba usaha meningkat 6,2 kali dari Rp381,2 miliar tahun 2006 menjadi Rp2.723,6 miliar, dan laba sebelum pajak lebih tinggi 6,6 kali dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp347,5 miliar menjadi Rp2.653,9 miliar. Total Aktiva Perseroan naik 45% dari Rp3.462,2 miliar menjadi Rp5.032,7 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh naiknya total aktiva lancar sebesar 76% dari Rp2.227,1 miliar tahun 2006 menjadi Rp3.922,1 miliar pada tahun 2007. Kontribusi terbesar kenaikan total aktiva lancar ini berasal dari peningkatan jumlah Kas atau setara kas yang dimiliki perseroan yang meningkat sebesar 873% dari sebelumnya sebesar Rp178,2 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp1.734,2 miliar pada tahun 2007. Piutang usaha meningkat sebesar 44% dari tahun 2006 sebesar Rp221,1 miliar menjadi sebesar Rp318,6 miliar pada tahun 2007. Pada tahun 2007 Perseroan mengambil kebijakan untuk melunasi seluruh pinjaman jangka pendek, sebelumnya pada tahun 2006 Perseroan memiliki pinjaman jangka pendek sebesar Rp692,4 miliar. Hutang usaha juga menurun sebesar 44% dibandingkan tahun sebelumnya, tahun 2006 sebesar Rp341,8 milyar menjadi Rp190,5 miliar. Total ekuitas meningkat 100% menjadi sebesar Rp3.359,- miliar pada tahun 2007 dibandingkan Rp1.676,6 miliar pada tahun 2006. Kondisi Saat Ini dan Prospek Ke Depan Permintaan akan logam timah dunia tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Lembaga riset independen yang berbasis di London, Commodity Research Unit (CRU) memperkirakan konsumsi logam timah dunia pada tahun 2008 sebesar 375.300 ton atau meningkat sebesar 2,9%. dari tingkat konsumsi pada tahun 2007 sebesar 364.600 ton. Pada Pebruari 2008, CRU memperkirakan produksi logam timah dunia pada tahun 2008 sebesar 361.000 ton meningkat 3,9% dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 347.300 ton. Dengan demikian diperkirakan selama tahun 2008 akan terjadi defisit pasokan sebesar 14.300 ton. Perseroan meyakini industri pertambangan timah masih sangat menjanjikan. Perseroan memandang kondisi saat ini, di mana pemerintah sedang giat-giatnya melakukan penegakan hukum, merupakan sebuah proses menuju terciptanya suasasana industri pertimahan yang lebih baik. Perseroan berharap pemerintah melakukan langkah tersebut secara konsisten dan berkelanjutan dari waktu ke waktu, sehingga pendayagunaan sumber daya mineral timah dapat menghasilkan nilai tambah optimal terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan, menciptakan iklim usaha yang sehat dan setara, serta menumbuhkan industri pertimahan nasional yang berdaya saing, bertanggung jawab dan berwawasan lingkungan. Keberadaan penambangan rakyat / skala kecil merupakan bagian industri penambangan timah secara keseluruhan. Namun penambangan rakyat yang tidak tertib akan menjadi beban perekonomian di masa mendatang karena kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, Perseroan mengambil prakarsa untuk mengakomodasikan keberadaan mereka melalui bentuk kemitraan dengan tetap memperhatikan praktik penambangan yang baik, lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan demikian, dukungan dari para pemangku kepentingan terhadap upaya penertiban ini menjadi sangat penting. Masa transisi ini pada dasarnya merupakan peluang untuk disikapi secara arif guna mewujudkan pengaturan yang menguntungkan semua pihak dengan tetap menjaga daya saing industri pertimahan nasional di pasar global. Perseroan yakin bahwa dengan kerjasama semua pihak yang berkepentingan, prospek usaha pertimahan di masa mendatang masih menjanjikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran Indonesia di pasar timah global demikian penting, dan menjadi sangat terasa dalam masa transisi ini. Terlebih dengan memperhatikan bahwa permintaan akan logam timah dunia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Saat ini perseroan telah dan sedang langkah penertiban dan penegakan hukum terhadap usaha penambangan timah di lingkungan Kuasa Pertambangan milik Perseroan dengan meningkatkan pengamanan melalui pendirian pos-pos pengamanan di wilayah Kuasa Pertambangan milik Perseroan. Di samping itu, perseroan juga tetap melanjutkan kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru, langkah-langkah perbaikan efisiensi usaha, pengembangan produk yang bernilai tambah tinggi serta pengembangan usaha di luar bisnis pertimahan sesuai kompetensi Perseroan untuk memelihara keberlanjutan usaha jangka panjang. Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Abrun Abubakar, Sekretaris Korporat atau Rosmainita Sari. Hubungan Investor Telepon : +62 21 344 4011 atau +62 21 344 4001 Faksimili : +62 21 344 4012 E-mail : investorrelation@pttimah.co.id Website : www.timah.com

Pewarta:
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2008