Jakarta (ANTARA News) -- PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) memastikan, BUMN Pelayaran itu mulai kesulitan memperoleh galangan kapal (dok) di dalam negeri untuk perbaikan 13 kapal tipe 2000. "Akibatnya, Pelni harus mencari dok ke Sembawang Shipyard di Singapura yang harganya tiga kali lipat dibandingkan dok domestik," kata Direktur Armada PT Pelni M.Lutfi menjawab pers di Jakarta, Senin. Padahal, kata Lutfi, biaya perbaikan per kapal berkisar Rp1-3 miliar untuk sekali naik dok, tergantung jenis kerusakan kapal. "Jika kapal harus dok ke Singapura, maka Pelni harus menanggung pembengkakan biaya sekitar Rp20 miliar per tahun," katanya. Sementara, dari sisi regulasi, lanjutnya, kapal itu harus naik dok minimal sekali dalam setahun. Selama ini perbaikannya dilayani dok Koja Bahari Jakarta dan PT PAL Surabaya. Saat ini, Dok Koja Bahari kini dalam keadaan rusak dan PT PAL digunakan untuk membangun kapal baru dari pihak lain. "Akibatnya, sejak pertengahan tahun 2007 Pelni harus mencari dok di Batam atau Singapura," katanya. Sedangkan untuk dok kapal-kapal tipe 1000, tambah Lutfi, sejauh ini tidak masalah karena dok di dalam negeri banyak pilihannya. Dia juga mengatakan, saat ini ada tiga dok yang beroperasi untuk kapal penumpang tipe 2.000 di Batam, namun waktu tunggu dan harganya hampir sama dengan dok Singapura. Saat ini, tambah Lutfi, baru KM Dobonsolo yang naik dok di Singapura. Jika situasi ini berlanjut, kata Lutfi, maka akan menyusul kapal yang lain seperti KM.Ciremey, KM.Dorolonda, KM.Kelud, KM.Sinabung dan lainnya. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008