Jakarta (ANTARA News) - Belasan pimpinan daerah yang terdiri atas bupati, wakil bupati, ketua dan wakil ketua DPRD kabupaten se-Indonesia, di Jakarta, Selasa, mendeklarasikan pendirian Asosiasi Daerah Penghasil Kopi Indonesia (ADKI). Deklarasi ADKI berhasil memilih kepengurusan sementara yaitu Ketua Umum Dr MP Tumanggor, DESS (Bupati Dairi, Sumut), Sekretaris Umum Bando Amin C Kader ( Bupati Kepahiang, Bengkulu) dan Bendara Umum Ir Agus Ambo Djiwa, MP (Wakil Bupati Mamuju Utara, Sulbar). Pjs Ketua Umum ADKI MP Tumanggor mengatakan, kepengurusan tetap ADKI akan diplih dalam musyawarah nasional (Munas) tiga bulan mendatang yang waktu dan tempat masih akan ditentukan. Anggota ADKI berasal dari daerah penghasil kopi baik dari kalangan petani maupun pedagang pengumpul. Menurut dia, pendirian ADKI bertujuan melakukan pembinaan kepada para petani kopi agar dapat meningkatkan kualitas produknya, meningkatkan produksi sesuai dengan permintaan internasional, menjembatani kepentingan petani dengan pemerintah dan sumber-sumber pendanaan. Selain itu, untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan antara daerah penghasil dengan eksportir serta industri kopi serta menjalin kerja sama dengan lembaga penelitian di dalam negeri dan luar negeri agar dapat memproduksi bibit dan pemeliharaan tanaman kopi yang lebih baik. Tumanggor menjelaskan, pedirian ADKI dilatarbelakangi bahwa kopi merupakan komoditas perdagangan internasional yang nilai ekspor kopi Indonesia tahun 2006 sekitar 415.000 ton dengan mendatangkan devisa sekitar 589 juta dolar AS yang sebagian besar diekspor ke Amerika, Jepang dan Eropa. "Kopi merupakan hasil pertanian yang tumbuh di daerah dataran tinggi yang total produksi kopi Indonesia pada tahun 2006 mencapai 714.000 ton," katanya. Kendati demikian, volume produksi kopi Indonesia cenderung menurun, antara lain disebabkan keuntungan petani terus merosot akibat tingginya harga pupuk dan upah tenaga kerja, petani kopi mengganti tanaman dengan komoditas lain yang lebih menguntungkan serta adanya penyakit tanaman kopi. Tumanggor menegaskan, jika tidak dilakukan pembinaan kepada petani kopi, maka produk kopi Indonesia akan hilang dari pasar internasional. "Hal ini terlihat dari penurunan ekspor kopi Indonesia dari 446.930 ton pada 2005 menjadi 414.105 ton pada tahun 2006," katanya. Permasalahkan lain petani kopi yang dihadapi saat ini, katanya, kurangnya mendapat pembinaan dari pemerintah dan sulit mendapatkan akses perbankan serta kecenderungan eksportir kurang memperhatikan nasib petani kopi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008