Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan Indonesia bisa mengekspor beras mulai tahun depan, jika Indonesia mencapai surplus lebih dari 3 juta ton dan stok beras nasional cukup memadai. "Stabilitas harga beras Indonesia saat ini lebih baik dibanding sejumlah negara lain, dimana harga kebutuhan pokok tersebut terus naik," katanya, dalam pidato penutupan Rapat Pimpinan Nasional (rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Jakarta, Selasa malam. Dikatakannya, kondisi ketahanan pangan Indonesia saat ini masih lebih baik dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Filipina dan Bangladesh. Ketahanan pangan, tambah dia, tidak terlepas dari upaya pemerintah yang terus membagikan benih terbaik kepada para petani pada tahun lalu. "Untuk perbaikan mutu benih, pemerintah telah menghabiskan dana hingga Rp2 triliun," ungkap Wapres. Kondisi ketahanan pangan tersebut juga didukung oleh stabilitas harga gula yang tidak mengalami kenaikan. Kenaikan harga komoditas hanya terjadi pada komoditas tepung terigu, kedelai, dan minyak goreng. "Akan tetapi, kenaikan harga minyak goreng bukan karena kekurangan pasokan, tetapi lebih disebabkan kegiatan ekspor akibat tingginya harga komoditi dimaksud di pasar internasional," kata Wapres. Jadi, tambah dia, beras sebagai makanan pokok 80 persen masyarakat Indonesia relatif aman dan harganya tidak mengalami kenaikan. Dalam rapimnas, Kadin merekomendasikan delapan poin, yakni optimalisasi revitalisasi pertanian, ketahanan pangan, peningkatan daya saing di pasar domestik, peningkatan produksi minyak nasional menjadi 1,1 juta barel per hari, peningkatan jaringan infrastruktur, perbaikan mata rantai pasokan, investasi sektor permesinan, serta memperkuat Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dalam penutupan Rapimnas Kadin 2008, juga ditandatangani nota kesepahaman antara Kadin dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). (*)

Copyright © ANTARA 2008