Jakarta (ANTARA News) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menggelar kampanye tentang upah minimum yang layak bagi jurnalis dengan mendatangani kantor pusat Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) dan Dewan Pers, di Jakarta, Rabu siang. "Kami bertemu dengan Ketua Harian SPS M Ridlo Eisy dan jajaran pengurus," kata Koordinator Divisi Serikat Pekerja AJI Jakarta, Winurantho Adhi ketika dihubungi ANTARA News, seusai pertemuan itu. Menurut Winurantho Adhi, pada prinsipnya kalangan SPS mengapresiasi hasil survei AJI Jakarta tentang besaran upah yang layak bagi pekerja pers, yang baru diangkat sebagai pekerja tetap, lajang, dan tinggal di Jakarta. Ia mengatakan, AJI Jakarta merumuskan upah minimum setelah melakukan survei harga barang dan kebutuhan minimal seorang jurnalis lajang di kota Jakarta pada 2008, dan berdasarkan survei itu, AJI Jakarta mengusulkan agar upah minimal yang harus dibayarkan adalah 4,1 juta rupiah sebulan. Dua tahun sebelumnya, yakni tahun 2006, AJI Jakarta mengusulkan upah minimal buat jurnalis Jakarta sebesar 3,1 juta rupiah. "Pada saat itu SPS menawar besaran upah minimal itu menjadi 2,2 juta rupiah, dengan pertimbangan dari sisi pengusaha media," kata Winurantho. Menurut dia, AJI Jakarta bersama SPS dan Dewan Pers sama-sama sepakat bahwa pekerja media harus diberikan upah yang layak agar jurnalis tidak "mencari-cari amplop" sembari menyusun berita. "SPS belum bisa berkomentar tentang usulan AJI Jakarta ini. Kami butuh waktu dua bulan untuk konsolidasi dengan pengusaha media," kata M. Ridlo Eisy. "Angka 4,1 juta rupiah dirasa cukup berat untuk saat-saat ini, di tengah harga kertas yang naik dan biaya produksi yang terus tinggi sementara perang harga koran terus berlangsung," katanya. Selain berat dari sisi realisasi, usulan upah 4,1 juta rupiah untuk jurnalis muda juga diperkirakan bakal membebani perusahaan media karena jika dipenuhi maka "efek sundulan" yang terjadi pun akan segera dirasa. "Jurnalis yang lebih dulu bekerja di perusahaan media itu juga pasti harus dibayar lebih tinggi dari 4,1 juta, dan itu tentu sangat berat buat perusahaan media," ujar Ridlo. Saat ini, kata Ridlo, harga kertas untuk koran sudah naik 13,5 persen atau sekitar 8.100 rupiah per kilogram.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008