Luwuk, Sulteng (ANTARA News) - Ratusan massa dari penjuru kota Bunta di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, mengamuk dan menyerbu kantor polisi sektor (Polsek) setempat, menyusul ketidakpuasan mereka atas tindakan main hakim sendiri yang diduga dilakukan oknum polisi setempat dan warga kecamatan tetangga. Aksi ini berlangsung selama beberapa jam hingga Jumat siang. Informasi diperoleh dari Bunta, Jumat, menyebutkan kemarahan massa rakyat yang umumnya berasal dari Kelurahan Salabenda itu dipicu aksi pemukulan terhadap seorang pegawai Kantor Urusan Agama bernama Mukhlis. Pemukulan terhadap korban diduga dilakukan oknum anggota Brimob berinisial Briptu FS bersama sejumlah warga Desa Poposan di Kecamatan Nuhon, tetangga Bunta. Massa yang marah akibat tindakan main hakim sendiri itu secara bergelombang mulai pagi hari terus mendatangi kantor Polsek Bunta. Mereka meminta semua pelaku penganiayaan ditangkap dan diproses sesuai ketentuan perundang-undangan. Ihwal kejadian ketika korban Mukhlis yang warga Kelurahan Salabenda pada Rabu malam (2/4) mendatangi kerabatnya bernama Arifin di desa Poposan, Nuhon. Namun dengan tidak diduga, korban kemudian didatangi FS bersama sejumlah warga desa setempat, termasuk oknum kepala dusun bernama Yeri Lahasima. Korban dituduh terlibat hubungan gelap dengan seseorang perempuan di desa tersebut, sekalipun belum dapat dibuktikan kebenarannya. Informasi lain yang diperoleh ialah sebelum penggerebekan yang berbuntut penganiayaan, Yeri Lahasima sempat melaporkan kecurigaan mereka kepada FS yang bertugas di pos jaga dekat perusahaan Mitra Banggai Sirtu. FS dan warga setempat kemudian menggerebek korban di rumah Arifin dan melakukan penganiayaan secara beramai-ramai. Kamis pagi (3/4), korban melaporkan kasus yang dialaminya di Polsek Bunta yang juga masih membawahi Kecamatan Nuhon, dan aparat polisi setempat kemudian mengamankan oknum Yeri bersama sejumlah warga. Akan tetapi, penanganan yang dilakukan Polsek Bunta ini tak menyurutkan kemarahan warga setempat, karena beredar isu bahwa FS tidak menjalani penahanan seperti pelaku lainnya. Massa kemudian mendatangi Polsek Bunta dan menjebol ruang tahanan. Mereka kemudian beramai-ramai menghajar Yeri Lahasima yang tengah menjalani penahanan di kantor polisi tersebut. Keterbatasan jumlah personil di Polsek Bunta membuat aparat polisi setempat tak mampu membendung massa yang marah sejak pagi hingga berlanjut selepas shalat Jumat. Keadaan baru dapat dikendalikan setelah bantuan personil dari Polres Banggai di Luwuk tiba di Bunta sekitar pukul 15.00 dengan menempuh perjalanan darat sekitar 140 kilometer. Suasana kota Bunta sendiri berangsur tenang dan hingga Jumat malam puluhan aparat polisi dari Luwuk terus disiagakan, guna menghalau kemungkinan terjadi amuk massa susulan. Polsek Bunta sendiri segera mengevakuasi semua pelaku penganiayaan terhadap korban Mukhlis ke Mapolres Banggai di Luwuk. Kapolsek Bunta, Iptu MD Zaman, mengatakan situasi kota Bunta saat ini sudah dapat dikendalikan, setelah adanya bantuan personil dari Polres di Luwuk. Ia berharap, warga Bunta mempercayakan penanganan masalah ini melalui proses hukum dan tidak bertindak anarkis.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008