Bandung (ANTARA News) - Tokoh Nasional Sri Sultan Hamengkubuwono X tantang para pemuda Indonesia untuk mendeklarasikan cita-cita luhur Bangsa Indonesia ke depan pada momen "Seabad Kebangkitan Nasional", 9 Mei 2008 mendatang. "Setelah 62 tahun Indonesia Merdeka, belum mendengar cita-cita untuk Indonesia ke depan. Ingin dijadikan apa Indonesia di masa mendatang," kata Sri Sultan Hamengkubuwono X di sela-sela "Saresehan Kebangsaan dan Rekonsiliasi Budaya" di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Sabtu. Tokoh kharismatik itu menantang para pemuda `mendeklarasikan` cita-cita luhur yang mereka inginkan untuk Indonesia ke depan. Menurut dia, momentum seabad Kebangkitan Nasional tahun ini sangat strategis sekaligus tantangan bagi para pemuda dan umumnya Bangsa Indonesia. Sri Sultan mengatakan, semangat kebangkitan yang dikobarkan para pemuda sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945 perlu digugah lagi. "Para pemuda waktu itu punya satu cita-cita merdeka dari penjajahan meski mereka sendiri tidak tahu kapan kebebasan itu tercapai. Kini setelah merdeka, generasi muda tampil mendeklarasikan keinginan mereka untuk Indonesia di masa mendatang," kata Sri Sultan Hamengkubuwono. Ia mencontohkan, pergerakan yang dipelopori Dr Sutomo pada 1908 yang menjadi tonggak kebangkitan nasional. Kemudian Sumpah Pemuda 1928 yang juga menjadi tonggak penting bagi keutuhan dan kesatuan Bangsa Indonesia, dan klimaksnya Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. "Jadi tak sekedar regenerasi, orang muda mengganti yang tua. Ke depan yang dibutuhkan generasi muda yang kualitatif," katanya. Sri Sultan juga mengingatkan Bangsa Indonesia untuk tetap mempertahankan moralitas dan etika berbangsa dan bernegara sekaligus mempertahankan kearifan tradisi dan budaya daerah masing-masing. Pada kesempatan itu, Sri Sultan juga mengkritik masyarakat yang cenderung melakukan pendekatan ekonomis dalam kehidupan sehari-harinya. "Pendekatan ekonomi kalau benar harus dilanjutkan karena itu dihalalkan, namun jangan sampai melanggar etika dan moralitas bangsa," katanya. Diri Sendiri Sementara itu Mantan Kasum, Letjen (TNI) Purn. Kiki Syahnakri yang menjadi pembicara dalam diskusi itu menegaskan bahwa Bangsa Indonesia saat ini harus berperang dengan diri sendiri agar bisa keluar dari berbagai permasalahan yang ada. Sadar atau tidak, kata dia, bangsa Indonesia dalam peperangan idealisme dengan fragmatisme. "Masalah kita tidak dari luar, tapi dari kelakuan kita sendiri," kata Syahnakri. Menurut dia, untuk memenangkan peperangan itu maka harus membangun karakter bangsa yang lebih kokoh lagi agar bisa menangkal sikap fragmatis. "Bangsa Indonesia terbangun dari sekitar 300-an etnik yang menjadi perekat bangsa Indonesia, namun setelah reformasi cenderung melemah," katanya. Sementara itu Saresehan Kebangsaan itu juga dihadiri sejumlah tokoh nasional seperti Mantan Wapres Tri Sutrisno, mantan Mendagri Surjadi Sudirdja, mantan KSAD Ryamizard Ryacudu, artis Franky Sahilatua serta beberapa tokoh politik, budaya, seniman dan masyarakat umum. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008