Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi, C. Harinowo, berpendapat masa depan perekonomian Indonesia mulai 2008 sangat cerah. Ini ditandai dengan analisis ekonomi pada kuartal I 2008 yang semakin baik, dengan penjualan berbagai perusahaan dan daya beli yang mengalami pertumbuhan tajam terutama pada Januari-Februari 2008. "Pada kuartal I 2008 perekonomian akan lebih baik daripada perkiraan banyak pihak, penjualan berbagai perusahaan bertumbuh signifikan dan mudah-mudahan sampai Maret juga," kata Harinowo, di Jakarta, Senin, dalam acara Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2007 di Gedung Bank Indonesia Jakarta. Menurut dia, dengan potensi yang ada tersebut, maka prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi meningkat tinggi, didukung dengan prediksi dari BI tentang pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,2 persen pada 2008. Dengan pertumbuhan ekonomi nominal 15 persen, maka Produk Domestik Bruto (PDB) nominal 2010 akan mencapai Rp6.000 triliun. Jadi masa depan perekonomian Indonesia sangat cerah, katanya. Ia mengatakan, konsumsi dan investasi akan mendorong perekonomian domestik dengan pengembangan sumber daya alam yang ada akan mendorong ekspor yang lebih besar. Oleh karena itu, bila selama ini banyak pihak berpendapat telah terjadi "de-coupling" (pemisahan) sektor finansial dan sektor riil di Indonesia, maka Harinowo justru menilai "de-coupling" saat ini hanya tinggal mitos belaka. Menurut dia, perkembangan ekonomi di Tanah Air terbangun dengan baik sekali, terlebih pada 2007 yang menjadi tahun yang sangat baik untuk perekonomian Indonesia. "Sektor riil bergerak cukup kencang didukung kondisi moneter yang stabil dan perkembangan perbankan serta pasar modal yang juga menggembirakan," katanya. Dengan perkembangan tersebut, maka landasan perekonomian Indonesia terbangun lebih kuat, terutama untuk tahun-tahun mendatang. Terlebih hingga kini perkembangan moneter menghasilkan stabilitas perekonomian yang sehat, di mana perbankan tumbuh signifikan dengan dana naik 17,6 persen, sedangkan kredit meningkat 25,5 persen. Sementara itu, PDB nominal mencapai Rp3.957 triliun dengan pertumbuhan ekonomi riil 6,23 persen dan diperkirakan akan terus meningkat. Pendapataan per kapita $1.946 Jumlah penduduk Indonesia 225 juta pada 2007, pendapatan per kapita mencapai 1.946 dolar AS, dengan 10 persen dari penduduk atau 22,5 juta mempunyai pendapatan per kapita 6.000 dolar AS. Padahal sebelum krisis moneter pendapatan per kapita hanya sebesar 1.100 dolar AS. "PDB sebesar itu menjadi landasan yang kuat untuk kemajuan ekonomi di tahun-tahun mendatang," katanya. PDB nominal 2007 yang terus meningkat sejak 2005 di atas 15 persen berarti pertumbuhan ekonomi semakin sehat. Menurut Harinowo, motor penggerak utama keberhasilan tersebut terletak pada dua hal, yaitu jumlah penduduk dan sumber daya alam di Tanah Air. Dengan jumlah penduduk yang besar dan mempunyai daya beli tinggi maka maka perekonomian akan menjadi semakin kuat. Ia mencontohkan sejumlah sektor seperti ritail, konsumer produk, tekstil, garmen, elektronik, otomotif, dan non-tradables sangat berpotensi bila didorong jumlah penduduk yang besar. "Itu ditambah dengan motor perekonomian kita yang kedua, yakni sumber daya alam di mana begitu besar potensi migas kita. Batubara misalnya nilai ekspornya mencapai 7 miliar dolar AS dan ekspor migas kita keseluruhan mencapai 22 miliar dolar AS," demikian Harinowo. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008