Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah, menilai sampai akhir 2007 perekonomian Indonesia mengalami pengokohan daya tahan yang lebih kuat. "Tahun 2007 lalu adalah tahun yang sangat menarik bagi perekonomian Indonesia," kata Burhanuddin Abdullah, di Jakarta, Senin, dalam acara Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2007. Ia menilai, untuk pertama kalinya di era pasca krisis Asia, perekonomian domestik di Tanah Air mulai terasa bergerak, terutama di sisi stabilitas dan pertumbuhan. Meski begitu, katanya, dari sisi pemerataan belum terbangun secara optimal, sehingga masih ada pekerjaan rumah yang harus ditangani menyangkut hal itu. "Apa yang kita capai sampai akhir tahun lalu adalah sebuah prestasi yang tidak kecil. Pencapaian-pencapaian kita wujudkan dalam suatu iklim kebijakan yang terarah untuk menjawab tantangan besar di sektor riil dan gangguan dari perekonomian global," katanya. Sayangnya, dalam tiga bulan pertama 2008, perekonomian Indonesia dihadapkan pada risiko gejolak ekonomi global yang sulit dikendalikan. Krisis sistem keuangan yang sedang melanda negara ekonomi maju, sedikit banyaknya menurunkan kepercayaan para pemodal di pasar keuangan global terhadap laju pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional. Para pemodal cenderung bersikap ekstra hati-hati, sehingga memicu terjadinya penciutan aliran kredit dalam sistem keuangan glonal. Menurut dia, kondisi itu mengakibatkan tertahannya aliran modal yang akan masuk ke Indonesia dan semakin besarnya potensi arus pembalikan modal. "Seminggu belakangan ini, kita merasakan adanya kelesuan di pasar modal karena banyaknya para pemodal yang melepas saham dan oblligasinya," katanya. Penuh tantangan Tantangan tersendiri juga dihadapi industri yang berorientasi ekspor karena menurunnya laju pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia. Pihaknya juga mencermati kenaikan harga yang berkesinambungan pada pasar pangan dunia akibat perubahan iklim bumi dan perubahan struktural pada harga energi dunia. "Gejala ini bila berkelanjutan menuntut penanganan yang serius untuk meminimalkan potensi munculnya tantangan eksistensial yang menghimpit kehidupan masyarakat kita," katanya. Menghadapi tantangan-tantangan tersebut pihaknya berupaya untuk mengedepankan kebijakan-kebijakan substantif yang realistis dan pragmatis. Menurut dia, perlu untuk selalu menitikberatkan kebijakan pada penguatan sistem keuangan nasional. "Selain itu, sangat penting bagi kita di Indonesia untuk terus meningkatkan fungsi pengawasan perbankan dan lembaga keuangan non-bank dalam satu kesatuan yang terkonsolidasi secara mantap," demikian Gubernur BI. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008