Jakarta (ANTARA News) - Menyikapi film "Fitna" buatan anggota parlemen Belanda, Geert Wilders, yang menimbulkan kontroversi dan reaksi yang luas, maka sutradara Hanung Bramantyo mengaku punya pendapat antara marah dan memuji. "Sebagai orang Islam, saya marah dan tersinggung karena tayangan itu melukai hati umat Islam, tapi sebagai sineas saya memujinya," ujar Hanung dalam acara Dialog Tokoh-tokoh/Ormas Islam bersama Duta Besar Belanda dan Duta Besar sejumlah Negara Islam di Kantor Pusat Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Jakarta, Senin. Hanung mengungkapkan pujiannya terhadap Wilders bukan berarti ia mendukung anggota parlemen dari partai oposisi itu. "Maksud saya, memuji karena dia membuat film propaganda yang sukses menstimulasi orang untuk berbuat sesuatu. Artinya, film itu bisa membuat orang bereaksi atas film itu," katanya. Hanung berbicara singkat dalam dialog tersebut sebagai sineas yang filmnya "Ayat-ayat Cinta" yang sukses menggambarkan indahnya hidup berdampingan antara umat Islam dengan muatan film Fitna yang menyinggung perasaan umat Islam. Terkait reaksi penolakan terhadap film Fitna, sutradara muda yang namanya makin melambung setelah sukses film AAC ini menilai wajar. Namun ia berharap umat Islam meninggalkan sikap anarkis dalam menyikapinya. "Reaksi anarkis akan membuat Wilders semakin merasa sukses dengan filmnya. Islam lebih agung dan toleran dibanding film Fitna, Islam tidak akan hancur hanya dengan film `kacangan` (murahan, red) semacam itu," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008