Washington (ANTARA News) - Kenaikan harga bahan makanan dapat memicu konflik global dan berujung pada kelaparan ratusan ribu penduduk dunia, kata Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Minggu atau Sabtu waktu Washington. "Situasi Ini bisa mengarah pada banyak konflik di masa datang. Jika harga bahan pangan terus seperti ini, maka konsekuensinya akan sangat buruk," kata Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn di Washington sambil menambahkan "Ratusan ribu orang akan kelaparan." Namun kenaikan harga sektor lainnya, metal dan energi, pada saat yang sama akan memberi peluang pada beberapa negara berkembang menggunakan keuntungan "windfall" mereka memperbaiki kehidupan masyarakt miskin, kata Presiden Bank Dunia Robert Zoellick. Harga komoditas naik 75 persen sejak 2000, sementara harga bahan pangan naik 83 persen dalam tiga tahun terakhir. Bank Dunia pekan lalu mengumumkan 33 negara terancam keresahan sosial akibat tinggi harga bahan pangan. Dia mencontohkan, pasca sepekan protes dengan kekerasan di Haiti karena harga pangan, parlemen memberhentikan PM Haiti yang dianggap gagal mengatasi masalah. Kenaikan harga berarti "beban tambahan bagi sebagian negara , tapi peluang bagi yang lainnya," kata Zoellick pada "spring meeting" Bank Dunia dan IMF akhir pekan ini. Namun sisi positif itu hanya muncul jika negara-negara termiskin di dunia, yaitu di Afrika, dapat mengelola dengan lebih baik berlimpahnya SDA, yang menjadi sumber konflik di masa lampau, ujar Zoellick. Bank Dunia, bersama dengan beberapa menteri dari Afrika, guberbur beberapa bank pembangunan, dan anggota kelompok masyarakat meluncurkan sebuah program bantuan baru untuk memecahkan masalah korupsi di negara-negara kaya SDA di Afrika dan meningkatkan penerimaan. Deputi Kepala Komisi Uni Afrika Erastus Mwencha menyambut inisiatif itu. "Jika anda melihat industri penambangan di Afrika, dampak negatifnya menjalar ke seluruh negeri," katanya saat meluncurkan inisatif baru untuk membantu negara miskin mengelola sumber daya alam (SDA) mereka. Sekitar 15 negara Afrika siap mengadopsi versi terbaru inisiatif Bank Dunia, yang meminta perusahaan pertambangan dan pemerintah transparan soal penerimaan mereka dari pertambangan mineral. Versi terbaru dari inisiatif tahun 2002 itu akan mendorong upaya pemerintah-pemrintah memangkas korupsi di seluruh level, termasuk bagaimana memanfaatkan profit bagi masyarakat miskin. Zoellick pada awal pekan ini mengatakan kenaikan harga bahan pangan dapat merusak upaya pengentasan kemiskinan yang telah berlangsung selama sekitar tujuh tahun. Bank Dunia menyalahkan peningkatan penggunaan bahan pangan sebagai sumber biofuel. Menteri Pembangunan Jerman Heidemarie Wieczorek-Zeul mengatakan, sepertinya dunia harus mempertimbangkan kembali penggunaan biofuel menyusul tingginya harga bahan pangan. IMF memproyeksikan pertumbuhan di kawasan Sub sahara Afrika 6,5 persen pada 2008, serta memperingatkan bahwa banyak negara akan gagal mencapai tujuan pembangunan millenium (MDG), yaitu menekan angka kemiskinan hingga separuhnya pada 2015. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008