New York (ANTARA News) - Dolar AS mendapat dukungan dari sebuah laporan pemerintah pada Selasa, yang menunjukkan harga pangan dan energi melambung tinggi sehingga mengindikasikan pengurangan langkah agreesif the Federal Reserve dalam penurunan suku bunga. Meski kenaikan inflasi dapat menjadi masalah bagi ekonomi AS secara luas, namun memberikan manfaat bagi dolar karena kemungkinan bank sentral akan mengurangi agresivitas penurunan suku bunganya, kata para dealer. AFP melaporkan, Euro dipindahtangankan pada 1,5789 dolar AS pada 2100 GMT, turun dari 1,5828 dolar AS akhir Senin di New York. Sementara terhadap mata uang Jepang, dolar dikutip pada 101,74 yen, naik dari 101,05 yen pada Senin. Mata uang AS menguat setelah departemen tenaga kerja melaporkan bahwa indeks harga produsen meningkat lebih kuat dari perkiraan, 1,1 persen pada Maret, indeks tertinggi sejak November tahun lalu. Departemen tenaga kerja merilis potret inflasi terakhir tersebut karena memuncaknya kekhawatiran tentang meroketnya harga komoditi global yang telah mendorong harga makanan naik. Para ekonom mengatakan meningkatnya harga kulakan/produsen kemungkinan memompa harga konsumen dan dapat menjepit anggaran rumah tangga yang sudah menderita akibat merosotnya pasar perumahan, kredit seret dan meningkatnya pemutusan hubungan kerja. Para analis mengatakan dolar mendapat dukungan di tengah persepsi bahwa meningkatnya inflasi dapat menekan para pembuat kebijakan bank sentral mengurangi penurunan suku bunganya. "Itu jelas, banyak yang mengkhawatirkan memuncaknya tekanan inflasi. Tentu saja, indeks harga produsen AS mencerminkan melonjaknya biaya makanan dan energi," kata Terri Belkas, seorang analis mata uang Forex Capital Markets. Dalam perdagangan terakhir di New York, dolar berada pada 1,0064 franc Swiss, naik dari 0,9985 franc sehari sebelumnya. Pound diperdagangkan pada 1,9621 dolar, turun dari 1,9785 dolar pada Senin. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008