Washington (ANTARA News) - Edward Lorenz, bapak teori kekacauan, tutup usia pada Rabu malam dalam usia 90 tahun, kata Institut Teknologi Massachusetts (MIT). Teori chaos memperlihatkan bahwa tindakan kecil bisa menyebabkan perubahan besar dan dikenal dengan "dampak kupu-kupu". Lorenz, seorang meteorolog, pada dasawarsa 1960-an menemukan bahwa perubahan kecil dalam pranata dinamik, seperti, atmosfer, bisa menyebabkan perubahan dahsyat. Pada 1972, dia menghasilkan penelitian berjudul "Prediktabilitas: Benarkah Kepak Sayap Kupu-kupu di Brazil Menyebakan Tornado di Texas?" Ilmuwan tersebut lahir pada 1917 di West Hartford, Connecticut, dan meraih gelar sarjana matematika di Dartmouth College pada 1938 dan dari Universitas Harvard pada 1940, sarjana meteorologi dari MIT pada 1943 dan 1948. Dia berdinas sebagai peramal cuaca bagi Angkatan Udara Amerika Serikat saat Perang Dunia II. Ketika itu, dia memutuskan mempelajari meteorologi. "Saat bocah, saya selalu tertarik mengutak-atik angka dan selalu terpesona dengan perubahan cuaca," kata Lorenz dalam otobiografinya. "Dengan menunjukkan bahwa pranata deterministik mempunyai batas prediktabilitas formal, Lorenz menghancurkan semesta Cartesian dan memicu yang disebut revolusi ilmiah ketiga dalam abad ke-20, menyusul teori relatitas dan ilmu fisika kuantum," kata Kerry Emanuel, mahaguru ilmu pengetahuan atmosfir di MIT. "Dia juga pria sejati. Intelejensia, integritas dan kerendahan hatinya menetapkan standard sangat tinggi bagi angkatannya dan generasi setelahnya," tambah Emanuel dalam pernyataannya. Pada 1991, Lorenz meraih Penghargaan Kyoto untuk ilmu pengetahuan dasar bidang ilmu bumi dan planet. Panitia berpendapat bahwa Lorenz membuat "prestasi ilmiah paling cemerlang dengan menemukan `kekacauan deterministik`, asas secara mendalam memengaruhi berbagai tingkat ilmu pengetahuan dasar dan menyempurnakan salah satu perubahan paling dramatis dalam pandangan manusia terhadap alam setelah Sir Isaac Newton". Lorenz, yang gemar mendaki gunung dan main ski lintas alam, masih melakukan kegiatan hingga dua pekan menjelang tutup usia di kediamannya di Cambridge, Massachusetts, kata keluarganya. Dia meninggalkan tiga anak dan empat cucu, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008