Bandarlampung (ANTARA News) - Pengamat politik dari FISIP Universitas Lampung (Unila), Drs Hertanto MSi, menilai para pemilih yang rasional menjadi penentu hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Jawa Barat dan Sumatera Utara, bahkan kemungkinan dapat berimbas pula dalam Pemilihan Gubernur di Lampung. "Pemilih rasional itu adalah mereka yang baru lulus SMA dan kaum perempuan. Mereka merupakan `protest voters`," kata Hertanto, yang juga Dekan FISIP Unila, di Bandarlampung, Kamis. Artinya, lanjut dia, memilih merupakan bagian dari aksi protes yang ditujukan kepada partai besar yang dianggap hanya berupaya untuk mempertahankan status quo. Protes lainnya ditujukan kepada politisi mapan serta calon "incumbent". "Tujuan dari protes tersebut sebenarnya yang penting jangan calon yang itu, baik dari partai besar dan politisi mapan," kata dosen yang juga anggota Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung itu pula. Sebenarnya, menurut dia, pilihan pertama para pemilih rasional adalah Golput atau tidak memilih. Terbukti dengan banyak pemilih yang tidak ikut menyalurkan hak suaranya, baik dalam Pilgub di DKI Jakarta dan Jawa Barat maupun Sumut itu. Sikap pemilih rasional itu selanjutnya adalah tetap memilih, namun bukan memilih calon yang masuk dalam kategori diusung partai besar dan politisi mapan. Berkaitan Pilgub di Lampung pada September 2008 mendatang, Hertanto menyatakan dapat saja terjadi hal serupa. Dia mencontohkan, bukti sikap pemilih rasional sebagai penentu hasil pilkada di Lampung itu sudah terlihat pada pemilihan dua walikota serta terakhir pemilihan Bupati Tanggamus dan Lampung Barat. Namun, dia pun menilai posisi calon "incumbent" di Lampung masih cukup kuat, dengan dukungan perangkat yang ada sehingga berpeluang bisa bergerak untuk meyakinkan para pemilih lebih baik dari calon yang bukan "incumbent". (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008