Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan menilai adanya keperluan untuk menciptakan identitas tunggal ASEAN tanpa perlu kehilangan identitas nasional masing-masing negara. Hal itu dikemukakan oleh Surin dalam acara ramah tamah bersama para pemimpin redaksi sejumlah media nasional di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Jumat. Menurut dia, seluruh anggota ASEAN hendaknya dapat mendorong terciptanya suatu identitas tunggal ASEAN tanpa perlu mengorbankan identitas nasional. Ia kemudian mencontohkan bagaimana rakyat Jerman, Italia dan Polandia bangga sebagai warga Uni Eropa tanpa mengurangi nasionalismenya. Surin menilai, selama ini rasa turut memiliki lebih dari 500 juta warga ASEAN terhadap ASEAN tidak sebesar yang diharapkan bahkan ditengarai ada sejumlah warga ASEAN yang tidak tahu apa itu ASEAN. Padahal, lanjut dia, ASEAN yang baru -- sesuai dengan Piagam ASEAN -- adalah suatu organisasi yang berpusat pada masyarakat bukan lagi pada elit politik sehingga keterlibatan masyarakat merupakan suatu syarat yang mutlak. Surin menilai sekalipun para pemimpin negara dan menteri sibuk membahas upaya menuju masyarakat ASEAN 2015 namun tanpa sosialisasi dan dukungan masyarakat hal itu menjadi sia-sia. Dia juga mengatakan bahwa setelah berkantor di Jakarta selama 100 hari ia baru menyadari jika tidak semua warga Jakarta menyadari keberadaan Sekretariat ASEAN di Jakarta. Oleh karena itu, lanjut dia, ASEAN butuh dukungan para pemimpin negara untuk memasyarakatkan ASEAN di tataran akar rumput agar seluruh warga ASEAN memiliki kebanggaan sebagai warga ASEAN. Pada KTT ke-13 ASEAN di Singapura akhir tahun lalu, 10 negra ASEAN menandatangani Piagam ASEAN yang akan menjadi landasan hukum ASEAN masa datang. Kesepuluh negara anggota ASEAN itu juga berkomitmen untuk meratifikasi Piagam ASEAN sebelum KTT ke-14 ASEAN di Bangkok pada akhir 2008. Hingga saat ini sudah enam negara yang meratifikasi yaitu Singapura, Brunei, Vietnam, Laos, Malaysia dan Kamboja. ASEAN masih menanti komitmen Indonesia, Filipina, Thailand dan Myanmar.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008