Pariaman (ANTARA News) - Sebanyak 315 orang peserta lomba menembak tupai menggunakan senapan angin berhasil membunuh 1.200 ekor lebih hewan hama tanaman itu pada perlombaan yang dilaksanakan di areal perkebunan kelapa dan kakao di Kecamatan Sungai Garinggiang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar, Sabtu. Ketua Panitia Pelaksana Lomba, AKB (Pol) Arum Priyono yang dihubungi ANTARA News di Pariaman, menyebutkan, jumlah tupai yang terbunuh kemungkinan terus bertambah, karena masih ada beberapa kelompok peserta belum dihitung hasil buruannya. Ia menjelaskan, para peserta lomba berasal dari setiap kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman dan dibagi atas 63 kelompok pemburu dengan jumlah anggota kelompok masing-masing lima orang. Kelompok-kelompok itu kemudian dibagi menjadi empat untuk melakukan perburuan pada empat wilayah perkebunan kelapa dan kakao di Sungai Garinggiang. Para peserta dilepas Bupati Padang Pariaman Sabtu pagi dan kembali sore harinya untuk "menyetor" hasil buruan lalu dihitung dalam menentukan para pemenang lomba. Untuk pemenang disediakan hadiah berupa empat unit sepeda motor, delapan unit televisi dan delapan unit sepeda gunung. "Pemenang akan disampaikan esok, karena penghitungan jumlah tupai yang dibunuh masih dilakukan," kata Arum yang juga Kapolres Padang Pariaman itu. Ia mengatakan, tujuan lomba dalam membantu masyarakat mengatasi hama tupai yang banyak menyerang kebun kelapa dan kakao rakyat di daerah itu. Akibat serangan tupai, produksi kelapa rakyat menurun, begitu pula terhadap kebun kakao bisa mengganggu keberadaan Sumbar sebagai sentra utama kakao di wilayah Indonesia bagian Barat, tambahnya. Sebelumnya, telah dilaksanakan lomba serupa tetapi baru tingkat nagari (wilayah pemerintahan dibawah kecamatan, red). Namun tahun ini digelar lomba lebih besar tingkat kabupaten dengan tujuan peserta lebih besar dan tupai yang terbunuh lebih banyak pula, tambahnya. "Dengan banyaknya tupai yang terbunuh, diharapkan serangan hama terhadap kebun kelapa dan kakao rakyat bisa turun drastis," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008