Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia diperdagangkan tetap pada rekor tinggi, Senin, menyusul penolakan Organisasi Negara-negara Pengekpsor Minyak (OPEC) untuk menaikkan produksi. Kontrak berjangka minyak mentah utama New York, light sweet, untuk pengiriman Mei 9 sen lebih rendah pada tingkat 116,60 dolar per barel, setelah ditutup pada rekor 116,69 dolar pada Jumat di bursa komoditas New York Mercantile Exchange (NYMEX). Sementara minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman Juni lima sen lebih rendah di posisi 113,87 dolar per barel, setelah penutupan Jumat lalu di posisi 113,92 dolar di London. Kontrak sebelumnya mencapai rekor tinggi 114,22 dolar per barel. Selama sepekan terakhir, kontrak New York mengalami kenaikan tujuh dolar dan Brent naik dengan lebih dari 5,50 dolar, didorong oleh melemahnya nilai tukar dolar dan juga kekhawatiran pasokan. Tetapi pejabat Menteri perminyakan Kuwait hari Minggu mengatakan bahwa faktor pasokan dan permintaan bukan menjadi penyebab melonjaknya harga minyak mentah, sedangkan Presiden OPEC Chakib Khelil mengatakan belum diperlukan peningkatan produksi. Sebelumnya Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa minyak dihargai terlalu rendah dan "seharusnya ditemukan nilai riilnya." Sekalipun harga minyak berada pada level 115 dolar AS per barel, ia menilai harga itu terlalu rendah, kata Ahmadinejad, dalam komentarnya yang dipublikasikan akhir pekan lalu. "Harga minyak pada 115 dolar AS per barel di pasar hari ini adalah sebuah kondisi pengelabuan, minyak adalah sebuah komoditi strategis dan dapat menemukan nilai riilnya," katanya lagi seperti dikutip AFP dari situs internet pemerintah. Sementara itu, Menteri Perminyakan Iran Gholam Hossein Nozari, yang negaranya merupakan produsen dan eksportir minyak OPEC kedua terbesar, pada pekan lalu menolak seruan para konsumen minyak agar OPEC mengambil langkah untuk menurunkan harga minyak. (*)

Copyright © ANTARA 2008