New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak meluncur turun pada Selasa waktu setempat, di tengah data baru yang menyoroti lunaknya permintaan energi dan keraguan baru pada keberlanjutan pemulihan ekonomi global.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, jatuh 1,15 dolar AS berakhir pada 69,45 dolar AS. Minyak sempat turun ke posisi terendah 68,71 dolar AS pada awal perdagangan.

Di London, minyak Brent North Sea untuk pengiriman September juga merosot 1,04 dolar AS menjadi 72,46 dolar AS per barel.

Sentimen pasar berkurang setelah kartel produsen minyak OPEC mengatakan, permintaan dunia akan menurun sedikit pada tahun 2009 sebelum mulai tumbuh lagi tahun depan, kata analis.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam laporan bulanannya, mengungkapkan permintaan minyak global turun 1,6 juta barel per hari (BPD) atau 1,93 persen menjadi 83,91 juta BPD tahun ini.

Dalam 2010, kartel mengatakan, kecenderungannya diperkirakan berbalik, dengan meningkatnya permintaan 0,5 juta BPD, atau 0,59 persen.

Bart Melek dari BMO Capital Markets mengatakan, pasar melihat data OPEC sebagai memberikan kesan "mereka memperkirakan lebih banyaknya pasokan, sementara permintaan untuk minyak OPEC dan kepatuhan (oleh negara-negara anggota pada kuota pasokan) lebih rendah."

Melek mengatakan bahwa saat ini kelebihan kapasitas atau persediaan akan "mengambil waktu sedikit lebih lama untuk melepaskan diri."

Sebelum OPEC merilis datanya, harga telah mendapat dukungan bulish (bergairah) pada data perdagangan awal China yang menunjukkan impor minyak mentah mencapai rekor tertinggi 4,635 juta barel per hari (mbpd).

Analis Barclays Capital mengatakan dalam sebuah catatan kepada kliennya bahwa impor China jauh lebih tinggi daripada rekor puncak sebelumnya 4,085 mbpd pada Maret 2008. China merupakan negara konsumen energo terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat.

Pekan lalu, minyak telah mencapai posisi tertinggi 10 bulan pada 76 dolar AS di London, dibantu oleh tanda-tanda positif dari pemulihan ekonomi global.

Selain kekhawatiran pasokan, kenaikan dolar AS dalam beberapa hari terakhir juga menekan harga minyak. Penguatan greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan.

Mike Fitzpatrick dari MF Global mengatakan, langkah pemulihan ekonomi, yang tetap tak menentu, akan mengukur efektivitas paket stimulus dan akibatnya, harga minyak.

"Meskipun harga masih mendekati posisi tertinggi tahun ini, sepertinya ada keengganan untuk bergerak ke lebih tinggi, sehingga lebih membuktikan dukungan dangkal anggapan bahwa pemulihan yang seharusnya berjalan, adalah berkelanjutan," katanya.

"Sampai saat itu, pasar telah mendekati keseimbangan sulit 70 dolar."

Harga minyak telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah di atas 147 dolar AS per barel pada Juli tahun lalu. Tetapi jatuh terjerambab menjadi 30 dolar AS pada Desember, setelah krisis ekonomi dan keuangan global merusak permintaan minyak.

Harga minyak telah merangkan naik kembali, sebagian didorong oleh harapan rebound awal untuk perekonomian dunia.

Pasar juga menunggu keputusan pertemuan kunci dari para pembuat kebijakan Federal Reserve AS dan rilis mingguan persediaan minyak AS pada Rabu.

Analis memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga utamanya di hampir nol persen dan komentar pada upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memompa perekonomian.

Pada sisi pasokan, stok minyak mentah AS diperkirakan memperlihatkan sebuah peningkatan untuk ketiga bulan berturut-turut.

"Apakah China terus menyerap kelebihan minyak mentah dunia selama Agustus atau apakah impor China akan turun didukung melemahnya permintaan produk minyak mulai muncul dalam data AS," kata Nic Brown dari bank Natixis.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009