Brisbane (ANTARA News) - Pemerintah Australia optimistis keputusan polisi federalnya (AFP) menginvestigasi kasus kematian lima wartawan di Balibo, Timor Timur, tahun 1975 tidak akan mengganggu kerja sama AFP-Polri dalam menumpas jaringan teroris dan penyelundupan manusia yang sudah berjalan baik selama ini.

Keyakinan kuat Canberra itu disampaikan Menteri Luar Negeri Stephen Smith dalam wawancaranya dengan Paul Bongiorno di acara "Meet the Press" Stasiun TV "Saluran 10", Minggu.

"Kita (Australia) punya hubungan kelas satu dengan Indonesia... Kami tidak percaya kerja sama apa pun yang kini sedang dijalankan Australia dan Indonesia akan terganggu," katanya.

Namun Menlu Smith kembali menegaskan perlunya kasus kematian lima wartawan Australia di Balibo tahun 1975 yang populer disebut "Balibo Five" ini ditangani secara hati-hati seperti halnya pada saat menangani isu-isu lain semacam hukuman mati yang berpotensi memunculkan perbedaan pandangan.

"Jadi kami tahu kami harus menangani masalah ini secara hati-hati tapi kami percaya sepenuhnya bahwa hubungan kelas satu dengan Indonesia akan terus berlanjut di bidang apa pun, termasuk kerja sama penanganan kejahatan penyelundupan manusia dan kontra-terorisme dimana Indonesia punya prestasi sangat baik," katanya.

Ekstradisi

Menlu Smith mengelak menanggapi masalah yang terkait dengan investigasi AFP, termasuk apakah atau tidak ada tersangka ketika ia ditanya tentang kemungkinan ekstradisi Yunus Yosfiah, bekas perwira TNI yang bertugas di Timtim tahun 1975 dan mantan menteri penerangan di era pemerintahan B.J.Habibie.

"Saya rasa sangat penting bagi kita untuk tidak terlalu jauh masuk ke masalah ekstradisi ataupun prosekusi. Kita harus menanganinya setahap-setahap," katanya.

Lahirnya keputusan AFP menyelidiki kasus yang sudah terjadi lebih dari 34 tahun lalu ini membuat pemerintah RI terkejut namun Pemerintah Australia berlindung di balik independensi keputusan Pengadilan Koroner Negara Bagian New South Wales dan AFP dalam menghadapi reaksi keberatan Jakarta.

Sebelumnya Juru bicara Deplu, Teuku Faizasyah, menegaskan kasus "Balibo Five" sudah selesai dengan kesimpulan bahwa kematian mereka karena kecelakaan.

"Indonesia tidak melihat adanya suatu kepentingan untuk membuka kasus ini lagi. Sudah disimpulkan bahwa kematian kelima wartawan asing tersebut adalah karena kecelakaan bukan disengaja" katanya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan mengingatkan Australia agar ikut mendukung upaya CTF mengakhiri konflik secara bijak dan melihat ke depan dengan sejumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti Indonesia dan Timor Leste.

AFP sudah memulai investigasi kasus "Balibo Five" sejak 20 Agustus 2009 dan pihak keluarga lima wartawan yang tewas tahun 1975 ini sudah diberi tahu pada 8 September 2009.

Langkah itu diambil AFP setelah Kantor Kejaksaan Agung Persemakmuran Australia menerima hasil putusan Pengadilan Coroner New South Wales tentang kematian Brian Peters, salah satu anggota "Balibo Five", pada 16 November 2007.

Lebih dari sebulan sebelum AFP mengumumkan keputusannya itu, publik Australia disuguhkan tayangan film fiksi karya Sutradara Robert Connolly berjudul "Balibo".

Sejak insiden yang menewaskan Greg Shackleton, Tony Stewart, Brian Peters, Malcolm Rennie, dan Gary Cunningham itu terjadi hampir 35 tahun lalu, nama Yunus Yosfiah terus terseret ke dalam pusaran masalah ini.

Mantan Menteri Penerangan semasa pemerintahan Presiden BJ Habibie( 1998-99) ini pun konsisten menolak semua tuduhan Australia itu. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009