Indramayu (ANTARA News) - Rombongan pemudik bersepeda motor tujuan Cirebon, Kuningan, Jawa Tengah, Jawa Timur makin memadati sepanjang jalan pantura Jawa Barat, hingga daerah perbatasan Indramayu-Cirebon, Jumat.

Arus lalu lintas di sejumlah titik persimpangan jalur pantura laju kendaraan padat merayap akibat terus bertambanya volume kendaraan, mulai sepeda motor, mobil pribadi, hingga bus yang melintasi arah jalur pantura.

Para pemudik bersepeda motor itu juga banyak yang melintasi sisi irigasi sekitar Karawang Barat hingga Karawang Timur untuk menghindari kepadatan kendaraan di beberapa titik jalan raya Karawang.

"Terjadi kepadatan jumlah kendaan baik sepeda motor,mobil pribadi, juga rombongan bus dari Kamis Sore hingga dini hari, pemudik akan terus meningkat pada siang hari karena sudah sudah H-3," kata Briptu Sunarto petugas jaga di simpang lima Indramayu.

Dia mengatakan, dari hari Kamis pemudik sudah padat merayap hingga Jum`at semakin tinggi volume kendaraan yang melintas jalur pantura, sepeda motor jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan lain. Mereka melakukan perjalanan pada malam hari.

"Perjalanan malam hari untuk menghindari panasnya jalur pantura sehingga kendaraan yang melintas siang hari kurang dibandingkan sekarang. Pada 2009 pemudik tidak jauh berbeda pada tahun 2008, namun kemungkinan jumlah kendaraan roda dua bertambah," katanya.

Semenatara itu seorang pemudik tujuan Tegal mengaku, malam hari lebih nyaman, namun harus hati-hati kerana padatnya kendaraan pemudik sehingga sering terjadi kecelakaan lalu lintas.

"Setiap tahun kami mudik, tujuan kami ke kota Tegal sekitar 190 kilometer lagi dari Indramayu. Waktu yang ditempuh dari Jakarta hingga Indramayu delapan jam. Cukup melelahkan namun banyak suka duka dalam perjalanan. Selain itu kami sudah rindu kampung halaman," kata Waluyo.

"Saya di Jakarta buka usaha warung nasi. Biar mudik warung tetap buka karena ada karyawan yang menunggu warungnya. Cara pembagian sementara mudik bagi hasil dengan penunggu warung," katanya.

"Keuntungan usaha warung nasi dalam satu tahun bisa mencapai 75 juta, dengan hasil penjualan per hari sekitar 500 ribu hingga 600 ribu. Usaha tersebut sudah berlangsung 25tahun," katanya.

Ia menambahkan, masyarakat kota Tegal yang datang ke Jakarta rata-rata berjualan warung nasi. Ada juga yang jadi sopir taxi, hanya jumlahnya tidak sebanyak yang buka "warteg".

"Usaha warung nasi diminati masyarakat kota Tegal karena keuntungannya masih lumayan. Selain itu sudah secara turun-temurun di desa kami memilih usaha tersebut,"katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya merantau ke Jakarta sudah membosankan, karenaitu ada juga keinginan membuka usaha di kampung sendiri.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009