Jakarta, (ANTARA News) - Ketua tim delapan, Adnan Buyung Nasution, menyatakan pengakuan Wiliardi Wizard tentang rekayasa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk menjerat Antasari Azhar dalam perkara pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen makin mempertajam dugaan publik tentang adanya skenario penghancuran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Di Gedung Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Jakarta, Rabu, Adnan mengatakan, pengakuan Wiliardi itu semakin memperkuat dugaan publik bahwa terjadi kriminalisasi terhadap pimpinan KPK, dimulai dari Antasari Azhar, dan kemudian kepada Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah.

"Untuk memperkuat dugaan masyarakat selama ini, bahwa ada rekayasa terhadap Bibit dan Chandra atau KPK, sekarang Antasari Azhar pun juga begitu. Nah, tiga-tiganya kan tokoh KPK, jadi kalau kita lihat skenario ini, kalau ini benar, mudah-mudahan tidak benar, ada skenario ada rekayasa untuk menghancurkan atau mengerdilkan, meruntuhkan KPK," tutur Adnan.

Jika memang skenario itu ada, lanjut dia, maka dapat tergambar bahwa yang pertama dijadikan korban adalah Antasari Azhar, dan kemudian Bibit dan Chandra.

"Betul memang ada korban Nasrudin, tapi apa betul Antasari Azhar yang membunuh, apakah ini suatu jebakan? Atau skenario untuk memang menghancurkan KPK dengan sasaran pertama Antasari Azhar. Sasaran berikutnya Bibit sama Chandra. Kan begitu jadinya. Ini sebuah pertanyaan," kata Adnan.

Pada sidang pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen dengan terdakwa Antasari Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, Wiliardi Wizard mengaku keterangannya dalam BAP direkayasa untuk menjerat Antasari atas perintah pimpinan Polri.

Adnan menilai pengakuan Wiliardi itu saling mendukung dengan dugaan terjadi kriminalisasi terhadap Bibit dan Chandra dan menunjukkan terdapat aktor intelektual yang merancang upaya penghancuran atau pengerdilan KPK.

"Saya mempertanyakan ada apa di balik ini semua? Siapa yang bermain? Siapa otaknya? Siapa aktor intelektualnya? Itu yang dicari," ujarnya.

Meski tidak mencampuradukkan kasus Antasari dengan perkara Bibit dan Chandra dalam rekomendasinya kepada Presiden, Adnan mengatakan, tim delapan berharap Presiden tergerak hatinya untuk mempertanyakan apa yang salah dengan dua perkara tersebut.

Bahkan, Adnan meminta Presiden untuk cepat tanggap menangani masalah tersebut.

"Bagaimana nasib republik ini bila ini semua berlarut-larut. Makanya ini masalah `leadership` bangsa juga, masalah kepemimpinan bangsa kita. Jadi, saya pikir Presiden harus segera tanpa diminta oleh rakyat, tanpa diminta oleh tim delapan harus tergerak hatinya. Beliau sendiri seharusnya cepat tanggap menghadapi masalah ini," demikian Adnan.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009