New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak naik untuk kedua hari berturut-turut pada Selasa waktu setempat, di tengah perkiraan persediaan bahan bakar makin menipis di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Desember bertambah 24 sen menjadi 79,14 dolar per barel.

Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk pengiriman Januari naik 21 sen menjadi 78,97 dolar per barel.

"Pasar menunjukkan kekuatan yang mengejutkan," kata analis minyak independen Ellis Eckland.

Eckland dan banyak analis memperkirakan penurunan dalam penyimpanan bahan bakar distilasi, kategori yang mencakup minyak pemanas dan diesel, ketika Departemen Energi AS (DoE) merilis tingkat persediaan mingguan pada hari Rabu.

Penurunan tingkat persediaan juga dapat diperburuk oleh Topan Ida, yang melemah menjadi badai tropis awal bulan ini, namun hal ini menyebabkan penutupan dari beberapa instalasi minyak di Teluk Meksiko.

Penguatan dolar Selasa gagal untuk meredam harga.

Greenback yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi dolar, seperti minyak mentah dan emas, lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lainnya, sehingga cenderung mengurangi permintaan akan bahan baku.

"Harga minyak tetap terpaku pada gerakan dalam dolar," kata analis David Hufton di PVM Oil Associates.

Kenaikan dolar terhadap euro pada Selasa karena investor gelisah membeli "safe haven" greenback setelah data industri AS terbaru menimbulkan kekhawatiran atas kekuatan dari pemulihan ekonomi.

Angka-angka produksi industri AS untuk Oktober menunjukkan data beragam pada Selasa, karena produksi (output) manufaktur berkurang setelah beberapa bulan menguat, data Federal Reserve menunjukkan Selasa.

Harga minyak telah melonjak 2,50 dolar AS pada Senin karena melemahnya dolar dan data menunjukkan bahwa ekonomi Jepang berkembang 1,2 persen pada periode Juli-September.

Itu adalah ekspansi kali kedua kuartal berturut-turut seperempat untuk ekonomi kedua ekspansi di dunia.

Sementara itu, Presiden OPEC Jose Maria Botelho de Vasconcelos telah mengisyaratkan bahwa minyak 75-80 dolar adalah tingkat yang memadai untuk memungkinkan pemulihan ekonomi global.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memproduksi sekitar 40 persen dari minyak dunia.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009